REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Argentinos Junior menjadi pelabuhan awal Diego Maradona memulai karir profesionalnya. Debutnya kala itu terbilang muda yakni berusia 16 tahun saat melakoni laga melawan Talleres de Cordoba. Sekali menjejakkan kaki sang legenda mulai menuliskan sejarahnya sendiri.
Diego menjadi debutan termuda dalam sejarah Liga Argentina. Rekor yang pada akhirnya gugur juga. Bukan oleh rivalnya melainkan oleh mantan menantunya sendiri, Sergio Aguero. Kebersamaan Diego dan Argentinos Junior hanya berlangsung lima tahun. Sang legenda memutuskan pindah ke klub raksasa Argentina, Boca Juniors. Namun, dugaan Maradona bakal lama di sana meleset. Hanya semusim Maradona bersama Boca Juniors dengan torehan satu gelar Liga Argentina musim 1981.
Kemampuan Maradona muda membuat kepincut Barcelona. Tim Katalan memboyongnya dengan nilai transfer lima juta poundsterling. Angka transfer saat itu terbilang besar dan menjadi rekor saat itu. Maradona membawa Barcelona memenangi tiga titel: Copa del Rey, Copa de la Liga, dan Piala Super Spanyol. Namun, Maradona pergi di akhir musim. Ia terlibat satu keributan pada partai final Copa del Rey 1984 melawan Athletic Bilbao.
Pergi dari Barcelona, Napoli pun menyambut kedatangan Maradona. Maradona berseragam Napoli selama tujuh tahun pada 1984-1991. Ia menjadi pemecah rekor transfer termahal saat itu. Bersama klub asal Naples, Italia tersebut, Maradona mengemas 81 gol dari 188 pertandingan.
Di Napoli namanya semakin menjadi-jadi bahkan bukan hanya Tuhan bagi masyarakat Argentina, termasuk masyarakat Naples. Sang Messiah membawa Napoli menjelma sebagai tim yang mulai mensejajarkan diri dengan klub-klub elit Italia dan tentunya kaya-raya semacam Juventus, AC Milan, dan Inter Milan.
Dalam dinding-dinding pertokoan di Napoli tersemat doa-doa bagi Sang Messiah kala tim bertanding. Bahkan hingga sekarang masih banyak toko-toko yang menjual segala yang berhubungan dengan Maradona.
Sepanjang kariernya bersama Napoli, Maradona menambah lima titel ke lemari gelar klub: Scudetto Serie A 1986-1987 dan 1989-1990, Coppa Italia 1986-1987, UEFA Cup (kini Europa League) 1988-1989 serta Supercoppa Italiana 1990.
Dengan raihan tersebut maka tak heran penduduk Naples kemudian melabeli diri bahwa Napoli adalah Maradona dan Maradona adalah Napoli. Begitu cintanya dengan Maradona, Napoli pun memutuskan pensiunkan nomor punggung 10 miliknya selepas memutuskan pergi dari Napoli.
Presiden klub Napoli, Aurelio de Laurentiis yang mengetahui kabar meninggalnya sang legenda berencana mengubah nama stadion San Paolo dengan penambahan titel Maradona. Hal tersebut akan dilakukan sebagai bentuk penghormatan sang mendiang terhadap Il Partinopei.
"Kami ingin mengubah nama stadion menjadi San Paolo-Diego Armando Maradona," kata De Laurentiis seperti dikutip oleh jurnalis Sky Sports, Fabrizio Romano.
Maradona kembali ke Spanyol untuk memperkuat Sevilla selama semusim. Setelah itu pria kelahiran Lanus tersebut mudik ke Argentina dan memperkuat Newell's Old Boys selama semusim, hingga menutup karier di Boca Juniors. frederikus bata, antara n agung sasongko