Selasa 08 Dec 2020 06:58 WIB

Jabar Targetkan Cetak 1.000 Petani Milenial

Data BPS menyebut jumlah petani di Jabar mencapai 3,25 juta orang

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petani milenial (petani muda berusia 19 hingga 39 tahun)  Dyah Rahmawati (kanan) bersama pekerjanya mengemas sayur organik untuk dijual di pasar digital di Cemorokandang, Malang, Jawa Timur, Senin (9/11/2020). Petani milenial setempat berupaya memenuhi permintaan sayur organik yang terus meningkat dengan menggandeng petani lokal dan memberdayakan masyarakat di kawasan perumahan untuk menanam sayur organik serta memperluas jaringan pemasaran melalui pasar digital.
Foto: ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA
Petani milenial (petani muda berusia 19 hingga 39 tahun) Dyah Rahmawati (kanan) bersama pekerjanya mengemas sayur organik untuk dijual di pasar digital di Cemorokandang, Malang, Jawa Timur, Senin (9/11/2020). Petani milenial setempat berupaya memenuhi permintaan sayur organik yang terus meningkat dengan menggandeng petani lokal dan memberdayakan masyarakat di kawasan perumahan untuk menanam sayur organik serta memperluas jaringan pemasaran melalui pasar digital.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sektor pertanian belum menjadi magnet pekerjaan bagi generasi milenial di Indonesia, termasuk Jawa Barat (Jabar). Padahal, generasi milenial diharapkan membawa perubahan pada sektor pertanian masa depan. 

Berdasarkan hasil survei pertanian antar sensus (sutas) 2018  yang dilakukan Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang. 

Dari jumlah tersebut, petani yang berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen. Kondisi tersebut tentu memberikan efek domino bagi sektor pertanian di Jabar. 

Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar melalui program Petani Milenial berupaya mengubah wajah pertanian menjadi segar agar generasi milenial tertarik menjadi petani. Pemanfaatan teknologi pun dilakukan.

Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (Distanhor) Jabar Dadan Hidayat, Petani Milenial digagas Pemda Provinsi Jabar untuk meregenerasi petani di Jabar. Selain itu, petani milenial harus adaptif terhadap perubahan, dan menguasai teknologi digital. 

"Saat ini, perlu regenerasi petani. Perubahan tantangan di sektor pertanian semakin berat. Perlu pelaku utama yang adaptif terhadap perubahan, teknologi semakin maju, dan globalisasi," ujar Dadan, Senin (7/12).

Pada tahun pelaksanaan Petani Milenial, kata dia, Pemprov Jabar menargetkan ada sekitar 1.000 pemuda yang menjadi petani. Dadan berharap dengan program tersebut, pertanian Jabar maju dan mandiri. 

Dadan mengatakan, tujuan dari Petani Milenial adalah meingkatkan produktivitas, produksi pertanian, meningkatkan pendapatan dan ekspor, menumbuhkan generasi mudah untuk menjadi petani, dan menciptakan pertanian maju, mandiri, dan modern.

Dalam program Petani Milenial, kata dia, lahan milik Pemprov Jabar yang tidak terpakai dapat dimanfaatkan petani muda dengan sistem pinjam pakai atau bentuk kerja sama lainnya. Setiap petani muda dapat memanfaatkan minimal satu hektare lahan.

Komoditas yang ditanam pun, kata dia, disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan kondisi lahan. Hal itu dilakukan agar komoditas hasil petani muda dapat terserap pasar atau bahkan masuk pasar global. 

Pemprov Jabar, akan mencari offtaker, baik domestik maupun ekspor. Dengan begitu, petani muda dapat berkolaborasi dengan offtaker mengenai komoditas apa yang mesti dihasilkan. 

"Komoditas harus yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan berdaya saing, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Pemasarannya dapat juga dilakukan dengan kerja sama bersama para pelaku pasar sebagai offtaker," kata Dadan. 

"Kami akan menjadi fasilitator dalam pemasaran komoditas hasil petani milenial melalui forum-forum offtaker dan forum-forum perbankan, serta forum marketplace seperti e-commerce, supaya terjadi kolaborasi Pentahelix semua pihak," tambahnya.

Dadan mengatakan, teknologi 4.0 akan dimanfaatkan dalam program Petani Milenial. Ia menyebut bahwa implementasi teknologi menjadi dasar pembinaan petani milenial. 

"Pemanfaatan teknologi internet of think dan manajemen pertanian modern menjadi materi utama. Begitu juga pemanfaatkan inovasi-inovasi teknologi dalam sistem budidaya, mulai on farm sampai dengan off farm," katanya. 

Dengan pemanfaatan teknologi, kata Dadan, diharapkan petani milenial dapat menembus pasar global. Selain itu, sejumlah upaya akan dilakukan Pemprov Jabar untuk mempromosikan komoditas petani milenial. 

Pertama, kata dia, adalah intens berkomunikasi dengan Duta Besar untuk Indonesia di berbagai negara. Itu dilakukan untuk membuka pasar komoditas pertanian dari petani milenial. 

"Melalui informasi dan komunikasi dengan Duta Besar untuk Indonesia, petani milenial bisa mempersiapkan komoditas apa yang diminati pasar di negara-negara tujuan ekspor," kata Dadan. 

Selain membuka pasar domestik dan global, kata dia, Pemprov Jabar akan mempermudah petani milenial mengakses perbankan dan sumber dana lainnya. 

"Kami akan memfasilitasi sarana dan prasaran infrastruktur, mulai dari hulu sampai hilir, dalam sistem yang terintegrasi," kata Dadan. 

Pemprov Jabar, menjadikan swasembada pangan untuk mencapai ketahanan pangan sebagai salah satu mesin ekonomi Jabar pascapandemi Covid-19. Dengan ketahanan pangan, krisis pangan dapat dicegah. Dan petani milenial berperan penting untuk mewujudkannya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement