REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Seorang Akademisi Inggris-Iran telah ditangkap di Teheran. Hal tersebut diungkapkan oleh sang istri, Shafagh Rahmani pada saat ketegangan antara Iran dan Inggris meningkat. Antropolog Sosial, Kameel Ahmadi dibawa oleh pihak berwenang pada Ahad dari rumahnya di ibukota Iran dan ditahan di penjara Evin.
Dalam sebuah unggahan Instagram pada Rabu lalu, Rahmani mengatakan seorang jaksa keamanan di Evin telah mengeluarkan surat perintah penangkapan satu bulan untuk Kameel. Tidak ada informasi tentang penangkapan atau tuduhan Kameel yang diberikan. Dia menyebut jaksa penuntut menolak memberi tahunya atas tuduhan apa yang ditahan suaminya.
"Suami saya diberikan kewarganegaraan Inggris 25 tahun lalu, tetapi telah tinggal di Iran dalam lima belas tahun terakhir," kata Rahmani kepada Radio Free Europe, dilansir Middle East Eye, Senin (14/12).
Ahmadi diakui secara internasional atas karyanya tentang khitan perempuan (female genital mutilation/FGM), pernikahan anak, dan pernikahan kulit putih ketika pasangan muda Iran hidup bersama secara ilegal. Pada 2015, penelitian Ahmadi tentang FGM mengungkapkan proses tersebut telah dipraktikkan setidaknya di empat provinsi Iran dan jauh lebih umum daripada yang diperkirakan.
“Saya kembali ke Iran pada 2005 untuk mempelajari FGM di negara asal saya dan saya terkejut karena menemukan bahwa itu terjadi pada anggota terdekat dari keluarga dan kerabat saya sendiri,” kata Ahmadi kepada Guardian saat itu.
Penangkapan Ahmadi terjadi saat Iran dan Inggris menghadapi penahanan dua kapal tanker minyak. Otoritas Inggris menahan kapal tanker Iranian Grace 1 di lepas pantai Gibraltar pada 4 Juli. Inggris menuduhnya dengan berusaha menyelundupkan minyak ke Suriah yang melanggar sanksi Uni Eropa.
Dua pekan kemudian, Iran menyita Stena Impero dengan bendera Inggris di Selat Hormuz. Iran menuduhnya karena melanggar aturan maritim internasional. Kendati menyebut penyitaan Grace 1 tidak akan terjawab, Iran bersikeras penahanan Stena Impero tidak ada hubungannya dengan kapal Iran.
Pada Rabu, laporan media Iran menunjukkan Teheran percaya pembebasan Grace 1 sudah dekat. Ini dengan cepat dibantah oleh pihak berwenang di wilayah luar negeri Inggris di Gibraltar.
Ahmadi bukan satu-satunya orang Inggris-Iran yang ditahan oleh pihak berwenang di Iran. Yang paling menonjol, Pekerja Amal Nazanin Zaghari-Ratcliffe telah ditahan sejak ditangkap di bandara Teheran pada April 2016.
Pada Juni, Zaghari-Ratcliffe melakukan mogok makan sebagai protes atas kondisi dia ditahan dan menyangkal tuduhan mata-mata yang ditujukan padanya. Baru-baru ini, seorang karyawan British Council, sebuah organisasi budaya dan pendidikan yang beroperasi di luar negeri, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara pada Mei atas tindakan memata-matai. Aras Amiri ditangkap pada 2018 saat melakukan perjalanan mengunjungi kerabatnya.