Selasa 22 Dec 2020 06:27 WIB

Mengapa Nabi-Nabi Allah SWT Sangat Tenang Sambut Kematian?

Para nabi Allah SWT menyikapi datangnya kematian dengan tenang

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Para nabi Allah SWT menyikapi datangnya kematian dengan tenang. Ilustrasi kematian
Foto: Antara/Galih Pradipta
Para nabi Allah SWT menyikapi datangnya kematian dengan tenang. Ilustrasi kematian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jika umumnya manusia begitu mengkhawatirkan kematian, berbeda halnya dengan nabi-nabi Allah SWT yang pernah bertugas di muka bumi. Bagi mereka, kematian hanyalah cara lain yang khusus bertemu dengan Tuhan alam semesta. 

Pakar ilmu Alquran yang juga mantan Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, KH Ahsin Sakho, menjelaskan, setiap nabi-nabi Allah tak pernah merasa khawatir ketika dihadapkan pada kematian. Bahkan mereka tak sama sekali khawatir apalagi takut ketika kabar kematian mulai menghampiri mereka.

Baca Juga

“Semua nabi Allah itu pada akhirnya senang bertemu dengan Allah, maka mereka senang bertemu dengan kematian,” kata KH Ahsin dalam kajian live streaming, di Ahsin Sakho Center, Senin (21/12) malam. 

Kiai Ahsin menjelaskan, semua Nabi-Nabi Allah merasa senang apabila hendak bertemu dengan Allah. Bahkan para Nabi itu berkeinginan untuk cepat-cepat melakukan pertemuan dengan Allah. Maka tak heran, mereka tak sama sekali merasa takut dengan kengerian kematian yang kerap kali disandingkan secara bersama-sama. 

Lebih lanjut beliau pun menerangkan bahwa, setiap Ramadhan Malaikat Jibril dengan Nabi Muhammad melakukan sema’an (membaca dan mendengarkan bacaan Alquran) sebanyak satu kali. Namun demikian di tahun terakhir kehidupan Nabi di bumi, kata beliau, sema’an dilakukan sebanyak dua kali.

Dari situlah, beliau menjelaskan, Nabi Muhammad SAW mulai menduga-duga bahwa tugasnya di muka bumi hampir selesai. Yang mana artinya hal itu berarti akan berpulangnya beliau ke pangkuan Allah SWT. “Namun Nabi senang, lalu apa yang dikatakan Nabi? Beliau berkata bahwa ila rafiqil-a’la (menuju kekasih Yang Mulia, Yang Terdekat, Yang Tertinggi),” ujarnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement