Jumat 25 Dec 2020 20:50 WIB

Malam Natal di Athena Hening Tanpa Pengunjung

Pagar besi menutup rapat toko-toko yang berbaris sepanjang jalan di Athena

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Pejalan kaki yang memakai masker wajah untuk mengekang virus corona berjalan di jalan kosong di Athena
Foto: AP/Petros Giannakouris
Pejalan kaki yang memakai masker wajah untuk mengekang virus corona berjalan di jalan kosong di Athena

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA--Sudah lama tidak ada lagi wisatawan yang mencari suvernir di pemukiman tertua di Athena, Yunani. Jalan-jalan di Plaka yang berkelok-kelok sudah dibangun sebelum Athena mengimpor sistem jalanan terintegrasi.

Jumat (25/12) pagar besi menutup rapat toko-toko yang berbaris sepanjang jalan. Pandemi virus corona membuat tidak ada lagi wisatawan yang mengunjungi kota bersejarah yang berbentuk setengah lingkaran di sekitar Acropolis.

Daerah yang biasanya dipadati oleh penjalan kaki dan kendaraan bermotor. Hilangnya kerumunan membuat monumen-monumen tua lebih mudah terlihat dari kejauhan. Suara kendaraan hanya terdengar samar-samar dan kucing jalanan bisa beristirahat dengan tenang di bawah atap toko yang tutup.

Sejauh ini sejak awal pandemi virus corona Yunani sudah memberlakukan dua karantina nasional. Pertama pada musim semi lalu untuk menjaga agar angka infeksi di negara itu tetap rendah.

Pihak berwenang Yunani kembali memberlakukan karantina nasional karena kasus infeksi melonjak tajam saat musim panas berakhir. Hingga malam Natal jumlah kasus kematian terkait virus corona di negara itu mencapai 4.475 kasus.

Yunani menutup bar, restoran, kedai kopi dan banyak bisnis non-esensial lainnya. Memukul keras industri pariwisata yang banyak berkontribusi pada perekonomian Yunani.

Di 10 bulan pertama tahun 2020 jumlah pengunjung Yunani turun 76,1 persen dibandingkan tahun lalu. Data yang dirilis bank sentral pekan ini menunjukan pengeluaran menyusut 77 persen.

Yunani diperkirakan akan mengalami kontraksi gross domestik bruto sebesar 10,5 persen pada tahun ini. Lebih tinggi dibandingkan prediksi rata-rata Uni Eropa yang sebesar 7,4 persen.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement