Selasa 29 Dec 2020 00:02 WIB

Diduga Depresi, Wartawan di Bogor Ditemukan Tewas Bunuh Diri

Korban diduga nekat bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perutnya berkali-kali.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Agus Yulianto
Bunuh diri (ilustrasi)
Bunuh diri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Seorang pria berinisial DA (32 tahun) ditemukan tewas bersimbah darah di dapur kontrakannya, di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Korban diduga bunuh diri akibat mengalami depresi.

Paur Subbag Humas Polresta Bogor Kota, Ipda Rachmat Gumilar mengatakan, korban diduga nekat bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perutnya berkali-kali. Karena kehabisan darah, korban akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian.

"Dugaan sementara korban depresi sehingga bunuh diri. Ada barang bukti yang diamakan sebilah pisau hitam dengan gagang warna biru," ucap Rachmat, Senin (28/12).

Berdasarkan hasil olah TKP, petugas mendapati foto copy KTP milik korban dengan status pekerjaan wartawan. Namun, Rachmat mengatakan, pihak kepolisian belum mengetahui nama perusahaan media tempat korban bekerja karena tidak ditemukan ID card.

Rachmat menjelaskan, berdasarkan keterangan istri korban, SD (27), sebelum kejadian pada pukul 20.00 WIB, SD berada di rumah ibunya. Kemudian, pada pukul 23.00 WIB korban menjemput SD.

Sekitar pukul 00.00 WIB, korban sempat ingin mengutarakan sesuatu kepada SD, namun tidak jadi. Tidak lama setelah itu, lanjut Rachmat, SD mendengar suara gaduh dari dapur dan menemukan korban sudah bersimbah darah.

“Karena takut, istri korban keluar kamar dan meminta tolong kepada pemilik kontrakan dan ibunya yang tinggal 50 meter dari kontrakan mereka,” jelas Rachmat. Saat ini, korban telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan autopsi.

Sementara itu, ketua RT setempat, Wahyudi mengatakan, korban dikenal oleh warga sekitar sebagai pribadi yang tertutup. Dia mengaku, belum pernah berkomunikasi atau bertemu dengan korban selama dua bulan tinggal bersama sang istri. 

Tak hanya itu, korban juga belum menyerahkan identitas diri yang sesuai kepadanya. "Saya belum pernah ketemu, gak sosialisasi. Korban kan belum ngasih KTP ke RT yang lama jadi saya sempat ke sana minta dikasih foto copy tapi fotonya gak ada kata istrinya copot. Sampai ada kejadian ini belum ngasih-ngasih ke saya," kata Wahyudi.

Terkait peristiwa dugaan bunuh diri yang dilakukan oleh korban, dirinya mengaku, tidak mengetahui secara pasti pasti. Setelah kejadian, Wahyudin hanya mendapat laporan dari warga.

"Istrinya nggak langsung lapor ke saya. Saya dikasih tahu sama tetangganya. Nggak berani masuk, takut juga soalnya kata istrinya si korban ini sempat kayak orang kesurupan bawa-bawa pisau. Saya lapor ke RW, baru tuh masuk foto sekali terus lapor polisi," ungkapnya.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement