REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Aplikasi perpesanan Signal dan Telegram mengalami peningkatan pengguna secara tiba-tiba baru-baru ini. Peningkatan pengguna ini lantaran pesaingnya WhatsApp memperbarui kebijakan privasi yang dinilai merugikan pengguna.
Para pengguna keberatan dengan perjanjian berbagi data baru antara Whatsapp kepada Facebook. Dilansir dari The News, di tengah kontroversi yang sedang berlangsung atas kebijakan baru WhatsApp, Signal dan Telegram muncul sebagai moda komunikasi yang lebih andal dan aman.
Signal telah mengalami lonjakan sejak beberapa tahun terakhir. Aplikasi ini mendapat pujian dari orang-orang seperti Edward Snowden dan bahkan bos Tesla Elon Musk. Platform tersebut, yang mendukung semua fitur sebagai WhatsApp, dapat diunduh dari App Store dan Google Play Store.
Situs web Tech 9to5 Mac melaporkan Signal memiliki kedudukan yang jelas dalam kebijakan privasinya. Platform ini telah menyertakan beberapa fitur untuk mendukung privasi seperti view-once media, Signal PIN dan masih banyak lagi.
Signal adalah lembaga nonprofit independen. Artinya, pengembangan hanya didukung oleh donasi dari pengguna.
Signal mengandalkan end-to-end encryption untuk perpesanan, berdasarkan protokol Signal, dan tidak menyimpan catatan metadata pengguna. Aplikasi telah memasang label App Privacy untuk meyakinkan pengguna bahwa platform tidak mengumpulkan data pengguna apa pun.
The Wall Street Journal melaporkan Signal tidak mencatat banyak informasi (metadata) tentang sifat pesan itu sendiri. “Signal membuat titik untuk menyimpan data sesedikit mungkin sambil tetap dapat memberikan layanan,” kata Profesor Ilmu Komputer Universitas Carnegie Mellon Lujo Bauer.