Perajin menunjukkan cara memakai alat periksa mata di rumah produksi Komar, Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (13/1/2021). Alat periksa mata manual tersebut masih digunakan untuk praktik mahasiswa kesehatan mata dan industri optik dengan harga Rp270 ribu hingga Rp750 ribu yang dijual ke berbagai daerah seperti Jakarta, Solo, Lombok, dan Bali. (FOTO : ANTARA/Candra Yanuarsyah)
Perajin menunjukkan alat periksa mata di rumah produksi Komar, Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (13/1/2021). Alat periksa mata manual tersebut masih digunakan untuk praktik mahasiswa kesehatan mata dan industri optik dengan harga Rp270 ribu hingga Rp750 ribu yang dijual ke berbagai daerah seperti Jakarta, Solo, Lombok, dan Bali. (FOTO : ANTARA/Candra Yanuarsyah)
Perajin menata alat periksa mata ke dalam boks di rumah produksi Komar, Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (13/1/2021). Alat periksa mata manual tersebut masih digunakan untuk praktik mahasiswa kesehatan mata dan industri optik dengan harga Rp270 ribu hingga Rp750 ribu yang dijual ke berbagai daerah seperti Jakarta, Solo, Lombok, dan Bali. (FOTO : ANTARA/Candra Yanuarsyah)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, KADUNGORA -- Memeriksa rabun mata di masa sekarang bisa dilakukan dengan peralatan canggih berbasis komputer. Namun pemeriksaan rabun mata secara manual tetap dilakukan terutama untuk keperluan akademik.
Alat periksa mata ini diproduksi di di rumah produksi Komar, Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (13/1). Alat periksa mata manual tersebut masih digunakan untuk praktik mahasiswa kesehatan mata dan industri optik dengan harga Rp270 ribu hingga Rp750 ribu yang dijual ke berbagai daerah seperti Jakarta, Solo, Lombok, dan Bali.
sumber : Antara Foto
Advertisement