Jumat 15 Jan 2021 05:45 WIB

Saat Al-Farabi Belajar Kepada Cendekiawan Kristen

Al-Farabi belajar filsafat kepada cendekiawan Kristen.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Hafil
Saat Al-Farabi Belajar Kepada Cendekiawan Kristen. Foto: Al-Farabi (ilustrasi)
Foto: republika
Saat Al-Farabi Belajar Kepada Cendekiawan Kristen. Foto: Al-Farabi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia Islam memiliki sosok Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Uzalag Ibn Tarkhan atau yang dikenal di dunia Arab sebagai Al-Farabi, sebagai filsuf Muslim pertama yang meletakkan dasar-dasra filsafat Islam secara sistematis dan rinci guna memudahkan pemahaman bagi orang-orang setelahnya.

Pemikiran filsafat Al-Farabi dipengaruhi pemikiran filsafat Yunani. Dia mengambil filsafat dan ajaran Aristoteles dari cendekiawan Kristen.

Baca Juga

Dari eksistensi filosof Al-Farabi ini, seorang penulis, akademisi, seniman dan pakar toleransi internasional, Dr Noura S. Al Mazrouei, mengemukakan bagaimana para pemikir dari agama lain berkontribusi pada pembentukan salah satu filsuf terbesar dalam sejarah Islam.

Dalam artikel yang diterbitkan di situs berita Gulf News, dilansir Kamis (14/1), Noura menuliskan bahwa sumber sejarah menunjukkan beberapa ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina dan Al-Razi, juga belajar dari tangan para cendekiawan Kristen. Dikatakannya, banyak cendekiawan Kristen telah berkontribusi pada penguatan peradaban Islam.

Al-Farabi adalah pencetus filsafat Arab dan disebut sebagai filsuf semua orang Arab. Dia menempatkan filsafatnya dalam kerangka yang sesuai dengan lingkungan Islam dan menulis banyak buku tentang logika dan filsafat.

Beberapa buku yang terkenal termasuk "Opinions of the Virtuous City" dan "Combining two views of Plato and Aristotle" adalah upaya untuk mempertalikan dan menyelaraskan pandangan kedua dunia ini dengan keyakinan agama Islam. Buku-bukunya sering dijuluki "Pendidikan Kedua", mengingat Aristoteles adalah guru pertama.

Al-Farabi lahir pada 870 Masehi di wilayah Turkestan (sekarang Kazakhstan). Dia merupakan sosok yang memiliki kecintaan membaca sejak usia muda. Dia gemar membaca tentang logika dan filosofi. Hingga suatu waktu, dia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Baghdad, ibukota kekhalifahan Islam pada saat itu.

Sejarawan mencatat bahwa Al-Farabi membaca semua kitab filsafat karya Aristoteles dan Plato. Dia melakukan beberapa upaya untuk memahami ilmu filsafat sampai dia mencatat kalimat: "Saya telah membacanya lebih dari empat puluh kali, dan saya masih perlu membacanya."

Pada saat Muhammad Abu Nasr al-Farabi mempelajari filosofi dan logika banyak cendekiawan Muslim, umat Kristen dan Yahudi sudah menetap di Baghdad.

Pengetahuan berkembang berdasarkan dialog antara tiga keyakinan agama utama. Di antara cendekiawan Kristen terpenting, beberapa di antaranya adalah guru Al-Farabi, termasuk Abu Bishr Matta bin Yunus di Baghdad, Yohana Ibn Haylan di Harran (Turki), dan Ibrahim Al-Marwazi dari Merv di Turkmenistan.

Al-Farabi mempelajari ilmu logika dari Abu Bishr Matta bin Yunus yang dikenal dengan penguasaan beberapa bahasa dan terjemahan teks-teks kuno dari bahasa Latin ke bahasa Arab.

Abu al-Bashir Matta adalah murid dari seorang guru Kristen, Ibrahim al-Marwzi. Al-Farabi ingin belajar lebih banyak di luar ilmu logika, dan mendalami tata bahasa dan morfologi, sehingga gurunya membawanya ke Abu Bakar Al-Sarraj untuk menguasai bahasa tersebut.

Al-Farabi dikatakan melampaui gurunya dalam tata bahasa dan morfologi dan mempelajarinya dalam waktu beberapa bulan. Setelah menguasai ilmu-ilmu tersebut, Al-Farabi melakukan perjalanan ke kota Harran (Turki) untuk mendalami ilmu filsafat yang dipelajarinya dari Youhanna ibn Helan.

Kisah pencarian ilmu Al-Farabi itu menunjukkan bahwa sejumlah cendekiawan Kristen berkontribusi pada pemikiran filsafat Al-Farabi. Seorang ulama Kristen bernama Abu Zakariya Yahya bin Adi, yang berkontribusi dalam menerjemahkan buku-buku Aristoteles, juga dimagangi oleh Al-Farabi.

Ketertarikan Al-Farabi tidak terbatas pada filsafat dan logika. Dia sama briliannya dalam ilmu lain, yang paling penting adalah astronomi, teknik fisik, dan musikologi.

Banyak referensi bahasa Arab menyebutkan bahwa Al-Farabi sangat menyukai musik. Dia adalah pemain profesional alat musik oud ketika ia masih kecil.

Dia juga terkenal karena menulis banyak buku tentang musikologi. Di antara warisan terpenting yang dikarang oleh Al-Farabi termasuk "Kata-kata dalam Musik (Words in Music", "Statistik Irama (Rhythm Statistics)", "Buku tentang Transisi (A Book on Transition)" dan "Musik Luar Biasa (Great Music)".

Hanya buku "The Great Music", yang diterbitkan lebih dari 1200 halaman, yang menjangkau dunia Arab. Secara khusus, karyanya tentang musik dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan Aristoteles.

Dalam pengantar buku the Great Music, tertulis bahwa "musik memang salah satu naluri utama manusia". Buku itu telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropa dan disimpan di beberapa perpustakaan Eropa.

Selama berabad-abad, buku-bukunya menjadi referensi terpenting di benua Eropa, berkat perkembangan teoritis dan praktisnya dari musikologi. Salah satu filsuf Islam terbesar sepanjang masa ini menyemarakkan gedung-gedung perpustakaan terbesar di dunia Barat. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement