Senin 18 Jan 2021 09:57 WIB

Pengadaan Alkes di RS Lapangan Bogor Habiskan Rp 3 Miliar

RS lapangan juga anggarkan biaya untuk farmasi, APD dan radiologi mobile.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas menyiapkan bantal dan kasur untuk rumah sakit darurat di wisma atlet Kota Bogor, GOR Pajajaran, Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/12/2020). Pemerintah Kota Bogor menyiapkan rumah sakit darurat untuk menangani pasien COVID-19 karena tingkat keterisian tempat tidur pasien di RSUD Kota Bogor sudah melebihi 80 persen sementara jumlah kasus infeksi virus Corona di Kota Bogor terus bertambah.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Petugas menyiapkan bantal dan kasur untuk rumah sakit darurat di wisma atlet Kota Bogor, GOR Pajajaran, Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/12/2020). Pemerintah Kota Bogor menyiapkan rumah sakit darurat untuk menangani pasien COVID-19 karena tingkat keterisian tempat tidur pasien di RSUD Kota Bogor sudah melebihi 80 persen sementara jumlah kasus infeksi virus Corona di Kota Bogor terus bertambah.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pengadaan alat kesehatan merupakan salah satu persiapan peresmian rumah sakit (RS) lapangan Kota Bogor. Pengadaan alat kesehatan tersebut memakan anggaran sebesar Rp 3 miliar.

Humas dan Sekretariat RS lapangan Kota Bogor, Armein Sjuhary Rowi mengungkapkan, Rp 3 miliar tersebut menggunakan sekitar 18 hingga 19 persen dari dana Rp 16 miliar yang diberikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Dari Rp 16 miliar itu dibagi sesuai dengan kebutuhan. Kalau untuk alkes memang kita kebutuhan Rumkital seperti bed, infus, alkes medis seperti stetoskop, oksigen, dan sebagainya itu kita udah perhitungan. Untuk alkes sendiri 18 sampai 19 persen dari Rp16 miliar sektiar kurang lebih Rp 3 miliar," kata Armein kepada Republika, Ahad (17/1).

Armein merincikan, alat-alat kesehatan tersebut meliputi bed 2 crank untuk pasien, tiang infus, troli emergency, tabung oksigen, X-ray mobile, EKG, alat rekam jantung, alat tensimeter, stetoskop, alat pengukur suhu, oxymetry, dan peralatan lain yang menunjang untuk memantau kondisi pernapasan pasien.

Selain alat-alat kesehatan yang disebutkan, lanjutnya, RS lapangan juga menganggarkan biaya untuk farmasi, alat pelindung diri (APD) dan radiologi mobile di luar alat-alat kesehatan. Seperti, Rp 700 juta untuk pengadaan farmasi, Rp 45 juta untuk pengadaan radiologi mobile, dan alat penunjang lainnya. Namun, Armein menerangkan, anggaran terbesar dalam pengoperasian RS lapangan ini digunakan untuk insentif sumber daya manusia (SDM).

"Paling besar pemberian insentif bagi SDM, kedua untuk alkes, ketiga APD dan keempat makan minum untuk pasien," jelasnya.

Pengadaan alat kesehatan ini, sambung Armein dilakukan karena tidak mungkin RS lapangan mengambil alat kesehatan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor. Mengingat RSUD juga membutuhkan alat-alat tersebut.

“Iya kalau kita ngambil yang bukan baru, mau ambil dari mana? Kalau ambil dari RSUD, malah RSUD yang kekurangan. Makanya kita anggarin untuk baru karena pertimbangan juga,” tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, umur dari alat-alat yang baru terhitung lebih panjang dan bisa lebih lama beroperasi. “Terus kita juga memperhatikan fungsi alat. Karena alat kesehatan yang kita kedepankan fungsi alat dan penggunaannya. Kemudian juga dengan yang baru umurnya masih panjang, masih lebih lama untuk beroeprasi,” ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement