REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Jember pada Senin (18/1) sore, kembali menyebabkan genangan banjir di wilayah setempat meningkat. Kasi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Satriyo Nurseno mengungkapkan, ketinggian banjir berada di kisaran 50 hingga 60 sentimeter.
"Sebenarnya sudah surut. Kemarin pas Pak Sekdaprov kunjungan ke sana, hujan lebat. Ada tambahan debit air ke permukiman setinggi 50-60 sentimeter," kata Satriyo dikonfirmasi Selasa (19/1).
Banjir yang melanda 12 desa di lima kecamatan sejak 14 Januari itu terjadi akibat hujan intensitas tinggi dan jebolnya tanggul Sungai Gladak Putih dan Sungai Curahnongko. Satriyo menyatakan, ada 4.000 kepala keluarga yang terdampak banjir di lima kecamatan. Antara lain di Kecamatan Bangsalsari, Tanggul, Gumukmas, Puger, dan Tumpurejo.
Satriyo melanjutkan, BPBD Jatim bersama BPBD setempat dan jajaran dinas terkait di Provinsi Jatim telah mendirikan posko penanganan banjir di Kecamatan Tumpurejo. Di sana ada puluhan warga terdampak yang mengungsi.
"Tadi malam di pengungsian itu ada sekitar 20 orang yang mengungsi di Posko. Tapi kebanyakan mereka mengungsi mandiri, baik di rumah saudara atau ada juga yang bertahan di rumah masing-masing," ujarnya.
Kecamatan Tumpurejo, kata Satriyo, merupakan daerah yang paling parah terdampak banjir. Karena itulah tenda posko penanganan didirikan di salah satu desa paling parah terdampak di Kecamatan itu.
Tim Tanggap Bencana (Tagana) BPBD Jatim bersama Dinas Sosial Jatim juga sudah mendirikan dapur umum. Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), organisasi relawan juga mendirikan dapur umum di sana.
Tim dapur umum diakuinya tetap menyuplai makanan untuk semua korban terdampak banjir. Baik yang mengungsi di posko maupun yang mengungsi secara mandiri.