Rabu 20 Jan 2021 16:42 WIB

Nabi Ajarkan untuk tak Lihat Seseorang dari Penampilan

Nabi pernah mengajarkan kepada sahabatnya tentag penampilan yang tidak menonjol

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Rasulullah SAW. Ilustrasi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Selama hidup, Nabi Muhammad SAW banyak mengajarkan ajaran Islam termasuk kepada para sahabatnya. Salah seorang sahabatnya, Al Aqra bin Habis pernah mendapatkan pelajaran tentang khumul, yaitu penampilan yang tidak menonjolkan diri.

Kisah itu dijelaskan dalam Kitab Syarah Hikam yang berjudul Iqadzul Himam fi Syarhil Hikam karangan Al Imam Ibnu Ajibah Al Hasani yang diambil dari kutipan hadits. Kala itu, Rasulullah SAW sedang duduk bersama Aqra. Tiba-tiba lewatlah seorang anak lelaki Muslim yang miskin. Nabi berniat untuk menguji Aqra. Dia bertanya terkait pendapat Aqra terhadap orang tersebut. Lalu Aqra menjawab dengan tanggapan menarik.

“Aqra menjawab, wahai Rasulullah, menurut saya orang itu miskin dan melarat. Jika dia berbicara tidak ada yang mendengarnya. Jika dia melamar perempuan, tidak ada yang menerima dan jika dia isti’dzan meminta sesuatu kepada seseorang, pasti tidak mendapatkan apa yang dia minta. Mendengar jawaban Aqra, Nabi terdiam,” kata Wakil Katib PWNU Jawa Tengah, K.H. Arja Imroni dalam kajian berjudul Kisah Nabi Muhammad Menilai Orang Lain dalam kanal Youtube NU Online.

Beberapa waktu kemudian, ada lagi seseorang yang lebih baik penampilannya lewat di hadapan Rasulullah dan Aqra. Kemudian, Nabi menanyakan lagi pendapat tentang orang tersebut. Aqra menjawab orang itu jika berbicara semua orang akan mendengarkan. Jika dia melamar perempuan diterima, dan jika isti’dzan akan dikabulkan.

Setelah mendengar dua jawaban dari Aqra, Nabi memberikan komentar. Orang yang disebut dia melarat atau miskin, adalah orang yang sangat luar biasa kebaikannya di sisi Allah. Jika orang itu bersumpah atas nama Allah, Allah akan mengabulkan sumpahnya.

“Ibnu Ajibah juga mengomentari, ternyata kita tidak bisa menilai orang dari penampilannya. Artinya dari cerita itu, agar kita tidak mudah memberikan penilaian kepada seseorang hanya dari penampilannya. Kan ada ungkapan don’t judge a book by its cover,” ujar Arja.

Terpenting, kata dia adalah tanamkan selalu husnudzon kepada orang lain. Jika sudah suudzon, bisa menyebabkan kekeliruan yang nantinya akan membuat penyesalan.

“Kita sudah berdosa jika melakukan suudzon. Generasi muda harus memahami, orang bisa berpenampilan apa saja. Pelajaran pentingnya adalah jangan mudah tergoda oleh penampilan,” tambah dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement