REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Amirsyah Tambunan menyatakan, muhasabah nasional bisa dilakukan secara mandiri oleh setiap Muslim di Indonesia. Sebab menurutnya yang terpenting adalah lahirnya kesadaran kolektif memperbaiki kesalahan.
"Doa bisa dilakukan masing-masing, yang penting lahir kesadaran kolektif memperbaiki kesalahan, baik dalam bentuk tamak, rakus, tabzir, dan lain-lain," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (20/1).
Amirsyah menjelaskan, dalam khazanah literatur Islam, kata muhasabah dijelaskan sebagai sebuah kata yang mengandung arti yang begitu mendalam. Bila dipahami esensinya, muhasabah identik dengan kata introspeksi diri atas apa yang telah dilakukan oleh siapapun dan apa yang harus diperbaiki demi masa depan yang lebih baik.
"Utamanya, dalam kehidupan dunia yang fana. Bentuknya muhasabah nasional dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya, semua komponen bangsa harus mempunyai kesadaran kolektif untuk mengintrospeksi bahwa musibah seperti tanah longsor dan banjir ada sebab-akibat," katanya.
Misalnya, kata Amirsyah, tanah gundul yang menyebabkan tanah longsor. Curah hujan yang besar sementara daya tampung permukaan tanah terbatas, maka menyebabkan air meluap mengakibatkan banjir. Dengan mengetahui sebab-akibat, seluruh umat manusia harus memperbaiki kekeliruan seperti membiarkan hutan gundul.
Setiap orang beriman, lanjut Amirsyah, harus sadar bahwa segala macam bentuk musibah adalah bentuk ujian dari Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat At-Taghobun Ayat 11:
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Siapa yang beriman kepada Allah SWT, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
"Maka perlu dilakukan doa bersama, semoga musibah segera berlalu, dan memperolah hikmah di balik musibah," ucap Amirsyah.