Senin 25 Jan 2021 07:21 WIB

Rusia Tuduh AS Ikut Campur dalam Demo Pembebasan Navalny

Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh AS ikut campur dalam protes mendukung Navalny

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Masyarakat Rusia melakukan demonstrasi tidak sah terbesar  pada 23 Januari 2021 mendukung pembebasan pemimpin oposisi pemerintah Alexei Navalny.
Foto: Martin Shipenkov/EPA
Masyarakat Rusia melakukan demonstrasi tidak sah terbesar pada 23 Januari 2021 mendukung pembebasan pemimpin oposisi pemerintah Alexei Navalny.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh AS ikut campur dalam protes massal untuk mendukung pemimpin oposisi yang ditahan Alexei Navalny. Menurut juru bicara Kremlin, Putin mengatakan akan menanggapi dengan cara yang sama jika pemerintahan baru AS menunjukkan kesediaan untuk berbicara.

"Tentu saja, kami mengandalkan keberhasilan dalam mengadakan dialog," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dikutip di kantor berita Interfax.

Baca Juga

"Ini akan menjadi dialog di mana, tentu saja, perbedaan harus diungkapkan lebih jauh, poin-poin perbedaan. Namun pada saat yang sama, dialog adalah kemungkinan untuk menemukan beberapa inti rasional, bagian-bagian kecil di mana hubungan kita semakin dekat," ujarnya.

"Dan jika pemerintahan AS saat ini siap untuk pendekatan seperti itu, saya tidak ragu presiden kami akan merespons dengan cara yang sama." tambahnya.

Kremlin juga mengecilkan skala demonstrasi Sabtu (23/1), yang menyebabkan polisi menahan lebih dari 3.000 orang dan menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi di seluruh Rusia.

Sebelum protes, Kedutaan Besar AS di Moskow telah mengeluarkan "Peringatan Demonstrasi", memperingatkan warga AS untuk menghindari protes dan menyebutkan tempat di kota-kota Rusia tempat pengunjuk rasa berencana berkumpul.

"Tentu saja, publikasi itu tidak pantas," kata Peskov.

"Dan tentunya secara tidak langsung, mereka adalah campur tangan mutlak dalam urusan internal. Jadi, ini adalah dukungan langsung dari pelanggaran hukum Federasi Rusia," tambah Peskov.

Kedutaan Besar AS di Rusia mengatakan peringatan semacam itu adalah praktik umum dan rutin dari misi diplomatik banyak negara. "Kedutaan dan konsulat di seluruh dunia secara teratur mengeluarkan pesan keselamatan dan keamanan kepada warga negara kami," katanya.

Amerika Serikat pada Sabtu meminta otoritas Rusia untuk membebaskan pengunjuk rasa dan jurnalis yang ditahan di demonstrasi. AS juga mengutuk apa yang disebut taktik kasar yang digunakan oleh polisi terhadap mereka.

Di pusat kota Moskow, di mana Reuters memperkirakan hingga 40 ribu orang telah berkumpul di salah satu demonstrasi tidak sah terbesar selama bertahun-tahun, polisi terlihat menahan orang secara kasar dan memasukkan mereka ke dalam van terdekat.

Pihak berwenang mengatakan hanya sekitar 4.000 orang yang muncul. Sementara kementerian luar negeri mempertanyakan perkiraan kerumunan Reuters.

"Tidak, hanya beberapa orang yang keluar, banyak orang memilih Putin," kata Peskov menurut kantor berita TASS.  

Dia menambahkan bahwa Rusia telah mendukung reformasi konstitusional yang diusulkan oleh presiden. Perubahan konstitusi akan memungkinkan Putin tetap berkuasa hingga tahun 2036.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement