Selasa 02 Feb 2021 00:19 WIB

Tokoh Tionghoa Setuju Imbauan tak Libur Saat Imlek

Libur Imlek diharapkan tidak menjadi klaster penyebaran Covid-19.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Indira Rezkisari
Tahun ini libur Imlek diprediksi akan berjalan tanpa keramaian karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
Foto: Antara/Aji Styawan
Tahun ini libur Imlek diprediksi akan berjalan tanpa keramaian karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Di tengah penyebaran Covid-19 yang belum terkendali, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengusulkan agar tidak ada libur panjang bertepatan dengan momentum perayaan Imlek 2572. Libur Imlek jatuh pada 12 Februari 2021.

Selain masyarakat telah menikmati libur panjang pada Desember 2020 dan awal Januari 2021 lalu, libur panjang di tengah situasi penularan Covid-19 yang masih tinggi disebutnya juga sangat riskan. “Saya sudah usulkan kepada Pemerintah Pusat, kayaknya nggak perlu ada libur panjang, apalagi situasi pandemi seperti ini,” ungkapnya, usai memimpin rapat koordinasi penanganan Covid-19 di kantornya, Senin (1/2).

Baca Juga

Gubernur juga mengimbau kepada umat yang merayakan, untuk tidak menggelar berbagai keramaian saat menyambut tahun baru Imlek tersebut. Pertunjukan Barongsai, pesta kembang api atau perayaan lain berpotensi menimbulkan keramaian yang membahayakan di masa pandemi.

Kecuali memang kegiatan ibadah, karena bisa dilaksanakan secara virtual atau pembatasan seperti halnya kegiatan keagamaan umat lainnya. “Ibadah masih bisa, kan bisa dilaksanakan secara virtual juga,” tegasnya.

Lanjut Gubernur, penyebaran Covid-19 masih tinggi, tidak hanya di Jawa Tengah tetapi juga di sejumlah daerah di Tanah Air. “Saya juga berharap, komunitas masyarakat yang biasanya merayakan tahun baru Imlek bisa memahami situasi yang serba tidak menguntungkan tersebut,” tambahnya.

Sementara itu, salah satu tokoh Tionghoa masyarakat Jawa Tengah, Harjanto Halim, yang dikonfirmasi tidak keberatan jika keputusan pemerintah meniadakan libur panjang bertepatan dengan perayaan Imlek. Menurutnya, itu adalah pilihan yang terbaik untuk menekan angka penyebaran Covid-19, sehingga sebagai tokoh masyarakat dan komunitas Tionghoa di Jawa Tengah, ia pun bisa memahami.

“Kami akan menghormati apapun keputusan dari pemerintah, karena kami juga tidak menginginkan perayaan Imlek justru akan menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19,” ungkapnya.

Terkait dengan larangan menggelar keramaian saat perayaan Imlek, harjanto juga mengakui sudah ada edarannya. Pada perayaan Imlek tahun ini semua perayaan yang menimbulkan keramaian akan ditiadakan.

Prinsipnya, tokoh Tionghoa juga meminta umat untuk di merayakan Imlek bersama keluarga di rumah saja. Bagi keluarga jauh juga pada Imlek tahun ini diminta tidak berkunjung ke keluarga lainnya.

Berbagai perayaan yang biasanya ada, juga akan ditiadakan tahun ini. “Kami minta masyarakat mendukung, kalau kangen dengan keluarga, bisa melalui video call terlebih dahulu, atau cara virtual lainnya yang kini semakin mudah,” tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement