REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bank Indonesia (BI) DIY mencatat inflasi di awal 2021 ini sebesar 0,54 persen (month to month/mtm). Inflasi di Januari 2021 ini naik sebesar 0,6 persen dari Desember 2020.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI DIY, Miyono menjelaskan, inflasi di awal 2021 ini disebabkan oleh seluruh komponen inflasi. Baik dari inflasi kelompok inti, inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) maupun inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food).
Inflasi pada kelompok inti ini dipengaruhi dua faktor utama. Pertama, kata Miyono, optimisme masyarakat mulai solid seiring program vaksinasi Covid-19 yang sudah berjalan.
Kedua, masyarakat kelas menengah ke bawah kembali mendapatkan jaminan stimulus pemerintah pada 2021. "Hal ini juga didukung dengan kenaikan UMK kota/kabupaten se-DIY 2021 dengan rata-rata 3,24 persen yang efektif berlaku pada awal tahun ini," kata Miyono, Selasa (2/2).
Pada kelompok administered prices, Miyono menuturkan, inflasi dipicu oleh tarif transportasi. Sebab, siklus libur akhir tahun lalu terjadi lonjakan permintaan, khususnya terhadap transportasi udara.
Walaupun terjadi pengurangan libur akhir tahun, tapi tercatat reservasi tiket pesawat masih lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Permintaan pada Januari lebih didominasi untuk kepulangan wisatawan pasca-liburan.
Pada sisi volatile food, terjadinya inflasi disebabkan faktor pasokan pangan pada komoditas aneka cabai. Miyono menjelaskan, komoditas aneka cabai memasuki masa tanam pada musim penghujan saat ini.
Sementara itu, curah hujan yang meningkat dan faktor hama menyebabkan tingkat produksi aneka cabai secara nasional menjadi berkurang. Sehingga, terjadi lonjakan harga cabai.
Untuk mengatasi lonjakan harga cabai, TPID telah berkoordinasi dengan daerah penyangga untuk mendapatkan prioritas pasokan cabai. "Selain itu TPID DIY juga mengupayakan agar sebagian cabai yang masuk ke pasar lelang dapat dijual di pasar DIY," kata dia.