REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS bulan November yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) baru-baru ini, pasar kripto dan saham AS kompak menghijau. Beberapa saat setelah laporan tersebut dirilis pada 11 Desember 2024 lalu, Bitcoin terapresiasi signifikan dan kembali menyentuh level harga 100 ribu dolar AS. Kemudian, Ethereum turut terapresiasi ke level 3,8 ribu dolar AS.
Aset kripto terbesar lainnya seperti XRP dan Solana naik lebih dari 10 persen. Begitu juga dengan performa saham AS yang dipimpin oleh saham-saham Big Tech, membawa indeks Nasdaq Composite naik lebih dari 1,7 persen menciptakan rekor tertinggi baru menyentuh level 20.000 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Nasdaq Composite telah mengalami kenaikan lebih dari 35 persen di tahun ini dan 38 persen secara year on year, didorong oleh pertumbuhan saham-saham teknologi.
Indeks inflasi CPI yang menjadi acuan The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga tersebut meningkat secara tahunan sebesar 2,7 persen dan 0,3 persen dari bulan sebelumnya. CPI inti, yang tidak mengkalkulasi harga pangan dan energi yang fluktuatif, tetap stabil di angka 3,3 persen. Kenaikan inflasi CPI secara tahunan di angka 2,7 persen yang lebih tinggi dari bulan Oktober di 2,6 persen tersebut sejalan dengan ekspektasi para ekonom serta mengindikasikan perkembangan inflasi yang ada masih berada dalam jalur yang diproyeksikan.
Merespons kondisi tersebut, Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan inflasi inti yang stabil dapat meningkatkan kepercayaan diri investor terhadap kemampuan The Fed untuk mengelola inflasi tanpa menimbulkan perlambatan ekonomi yang signifikan.
“Namun, tanda-tanda adanya percepatan laju inflasi ke depan mungkin akan cukup diwaspadai oleh para investor mengingat belum tercapainya target inflasi The Fed di 2 persen dan kekhawatiran terhadap potensi dampak rencana kebijakan presiden AS terpilih untuk menaikkan tarif impor,” jelasnya.
Meskipun pasar bereaksi positif terhadap perkembangan inflasi CPI bulan November, angka kenaikan month on month yang lebih tinggi 0,1 persen dibandingkan bulan Oktober dapat memicu The Fed untuk mengambil langkah antisipatif seperti dengan menahan suku bunga.
“Terlebih jika mereka mulai mempertimbangkan arah kebijakan presiden terpilih Donald Trump seperti untuk menaikan tarif impor yang dapat menjadi ancaman terhadap meningkatnya inflasi,” tambahnya.
Apabila The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga pada pertemuan FOMC 17-18 Desember pekan depan, tren positif di pasar mungkin akan sejenak mereda hingga Januari.
“Namun, reli yang ada berpotensi dapat semakin berlanjut jika ternyata The Fed memutuskan untuk kembali menurunkan suku bunga pada pertemuan tersebut. Kami masih cukup optimis terhadap kemungkinan suku bunga akan kembali diturunkan, mempertimbangkan kondisi ekonomi AS secara keseluruhan yang berada dalam kondisi cukup baik,” kata Fahmi.
Momentum pelantikan Presiden AS terpilih Donald Trump di Januari berpotensi mendorong berkembangnya sentimen positif di pasar kripto. “Beberapa indikasi seperti pembelian aset kripto ETH, AAVE, dan LINK senilai 12 juta dolar AS baru-baru ini oleh World Liberty Financial, sebuah proyek kripto di sektor keuangan yang terafiliasi dengan Trump di mana ia merupakan Chief Crypto Advocate dalam proyek tersebut, yang direspon positif oleh pasar berpotensi dapat semakin berkembang di tahun 2025 mendatang,” imbuhnya.
“Tahun 2025 sangat berpotensi menjadi tahun yang semakin positif bagi aset kripto. Arah kebijakan pemerintah AS terhadap pasar dan industri kripto yang lebih konstruktif berpotensi meningkatkan legitimasi dan adopsi aset kripto secara signifikan khususnya dari kalangan investor tradisional. Ini dapat menjadi modal penting bagi pasar untuk melanjutkan reli yang sedang terjadi. Penerimaan aset kripto sebagai sebuah aset yang berharga juga dapat semakin meluas di berbagai kalangan masyarakat,” ujar Fahmi.
Sementara bagi pasar saham AS, kondisi suku bunga The Fed yang lebih rendah di 2025 berpotensi menunjang pertumbuhan bisnis secara signifikan. “Kita mungkin akan menyaksikan peningkatan aliran dana masuk yang semakin besar ke instrumen investasi berisiko seperti aset kripto dan saham tahun 2025 mendatang. Dengan kondisi ekonomi AS yang cukup solid saat ini, kalaupun The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga pada pertemuan pekan depan, tren penurunan suku bunga besar kemungkinan akan kembali berlanjut pada Januari. Itu akan membawa dampak signifikan bagi peningkatan daya beli masyarakat yang akan berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan-perusahaan di berbagai sektor,” lanjutnya.
Di kondisi seperti saat ini, Reku menghimbau investor untuk tetap berhati-hati dan cermat dalam mengelola portofolio investasinya serta tidak lupa mengimplementasikan langkah-langkah pengelolaan risiko seperti dengan melakukan diversifikasi.
“Di pasar saham, investor bisa mempertimbangkan beragam indeks fund yang tersedia di platform investasi Saham AS seperti Reku. Bagi investor kripto, Reku juga menyediakan beragam pilihan koin terkurasi dari seluruh sektor dan niche potensial yang dapat dieksplorasi oleh para pengguna untuk menunjang strategi diversifikasi portofolio yang semakin optimal. Termasuk bagi investor pemula, juga bisa memanfaatkan fitur Packs, yang memungkinkan untuk berinvestasi ke top performance aset kripto dan Saham AS dalam satu kali swipe,” ungkap Fahmi.