REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- National Hospital Surabaya baru saja mengenalkan layanan pemeriksaan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) berbasis air liur bernama PCR Saliva Based Testing. Pemeriksaan metode ini disebut lebih mudah karena sampelnya tidak lagi harus diambil dari tenggorokan dan hidung.
"Layanan PCR Saliva ini dijalankan dengan mesin PCR biasa, hanya saja sampel yang dipakai adalah air liur, sehingga tidak memerlukan lagi sampel lendir dari tenggorokan dan hidung," ujar CEO National Hospital, Adj. Prof. Hananiel Prakasya Widjaya di Surabaya, Selasa (2/2).
Hananiel mengatakan, metode berbasis air liur ini dapat lebih memudahkan masyarakat melakukan tes PCR. Terutama bagi anak-anak. Sebab pengambilan sampel tidak mengganggu seperti yang dari tenggorokan atau hidung.
"Berdasarkan beberapa penelitian sensitivitas pemeriksaan PCR dengan saliva ini juga lebih akurat dari PCR yang mengambil sampel dari nasofaring (hidung) ataupun orofaring (tenggorokan)," ucapnya.
Dia menjelaskan ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan PCR berbasis saliva ini. Di antaranya wajib berpuasa makan dan minum selama satu jam. "Tujuannya agar saliva yang dikeluarkan benar-benar saliva murni tanpa terkontaminasi dengan bahan kimia lainnya," katanya.
Untuk pelaksanaan PCR berbasis air liur, pertama-tama petugas akan memberikan edukasi bagaimana cara menampung saliva yang dikeluarkan. Petugas akan memberikan dua alat. Yakni corong menampung air liur dan tabung berisi cairan khusus untuk dicampurkan ke air liur.
Setelahnya, kata dia, untuk pengambilan sampel diharuskan masuk ke bilik khusus yang disediakan dan ditampung dalam corong sebanyak satu mililiter.
Bila sudah tertampung, lanjut dia, air liur tersebut dicampurkan dengan cairan khusus yang diberikan dalam satu wadah, kemudian dikocok, dan sampel tersebut diserahkan kembali ke petugas. Hasil pemeriksaan saliva ini bisa diperoleh dalam kurun waktu 1x24 jam atau paling cepat enam jam.
Hananiel memberikan tips agar produksi air liur menjadi baik saat melakukan tes dikarenakan sejumlah orang kesulitan memproduksi air liur.
"Satu, yang jelas tidak boleh kekurangan cairan, kalau dehidrasi pasti berkurang air liurnya. Diusahakan sering bicara, karena kalau sering bicara akan lebih mudah mengeluarkan air liur," katanya.
Hananiel mengatakan untuk tes PCR berbasis saliva ini biayanya Rp 850 ribu.