REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gerakan tanah terjadi di Jalan Tol Cikopo- Palimanan (Cipali) KM 122, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Selasa 9 Februari 2021. Tepatnya, terjadi di Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 122, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Secara geografis berada pada koordinat 6 0 32' 55" LS dan 107 0 53' 27" BT. Bencana tersebut terjadi sekitar pukul 03.00 WIB.
Menurut Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani, dari hasil analisisnya, penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirkan terjadi karena beberapa hal. Pertama, karena kemiringan lereng yang tidak terlampau curam sehingga gerakan tanah relatif lambat.
Kedua, kemungkinan material timbunan yang kurang padu atau mudah tererosi. Pengaruh dari erosi air permukaan (air hujan maupun aliran sungai) di kaki lereng mengingat lokasinya yang berada tidak jauh dari sungai besar.
"Curah hujan yang tinggi menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah," ujar Andiani dalam keterangan resminya.
Andiani mengatakan, pihaknya memberikan beberapa rekomendasi terkait pergerakan tanah itu. Karena mengingat curah hujan yang masih tinggi dan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerugian yang lebih besar.
Adapun rekomendasi tersebut, kata dia, adalah segera memperbaiki badan jalan yang retak dan amblas agar lalu lintas di jalan tol kembali normal. Kedua, segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak meresap ke dalamnya yang dapat mempercepat pergerakan, mengarahkan aliran air permukaan agar menjauhi area retakan, membuat perkuatan lereng di tepian badan jalan yang berada dekat dengan sungai untuk mengurangi laju erosi dan meningkatkan kestabilan lereng.
"Perlu penyelidikan geologi teknik sebagai landasan untuk perkuatan lereng (bor pile/sheet pile)," katanya.
Selain itu, kata dia, pengalihan arus kendaraan agar terus dilakukan hingga perbaikan jalan selesai dan tidak tampak adanya pergerakan tanah susulan.
Rekomendasi lainnya, kata dia, melakukan pemantauan terhadap area retakan, jika retakan berkembang dan bertambah luas agar segera menutup jalan dan mengalihkan kendaraan yang melintas (contra-flow). Lalu, meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah beserta gejala yang mengawalinya.
"Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari BPBD/ aparat pemerintah daerah setempat," katanya.