REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah membentuk dan melatih masyarakat peduli api (MPA) sebagai antisipasi terhadap bahaya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kaltim, HM Jauhar Efendi menjelaskan, komunitas MPA tersebar di daerah-daerah dengan jumlah personel sebanyak 1.339 orang.
Sedangkan total sumber daya manusia untuk pengendalian karhutla di Kaltim sebanyak 2.548 personel. Termasuk dari Dishut Kaltim dan UPTD Tahura 354 personel, UPTD KLHK (Manggala Agni Kaltim) 105 personel, dan Unit Manajemen 720 personel.
"Kewaspadaan di tingkat tapak ini sangat penting. Sebab, saat terjadi kebakaran hutan dan lahan, para relawan yang sudah dilatih itu akan langsung turun ke lapangan," kata Jauhar, Selasa (9/2).
Ia mengatakan, saat ini curah hujan relatif masih tinggi dan minim titik api (hotspot). Namun Kaltim harus tetap waspada terhadap karhutla.
Menurut Jauhar, langkah cepat harus dilakukan. Sebab saat api kecil pasti akan lebih mudah dipadamkan. Tapi ketika api sudah membesar, maka upaya pemadaman pasti akan lebih sukar.
"Sekalipun pemerintah pusat sudah menyiapkan berbagai upaya termasuk rencana menyiapkan hujan buatan dan water booming yang akan diangkut dengan pesawat dan helikopter," Jauhar berharap Kaltim tidak sampai separah itu.
Hujan buatan dan water booming itu disiapkan untuk daerah-daerah prioritas, seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.
"Kita tidak berharap dapat prioritas itu, karena Kaltim relatif aman. Lebih baik mencegah," kata Jauhar.
Jauhar berharap kondisi di wilayah Kaltim tidak terjadi curah hujan tinggi hingga menyebabkan banjir. Namun tidak juga kemarau panjang yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
"Musim kemarau nanti, kami imbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan membakar dan tidak membuang puntung rokok sembarangan," pesan Jauhar.