REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kisah mengenai Nabi Sulaiman dengan Ratu Bilqis bukanlah cerita dongeng, bagi umat Islam diwajibkan hukumnya untuk mempercayai dan mengimani riwayat hidup para Nabi, termasuk Nabi Sulaiman. Dan inilah kisah tentang Nabi Sulaiman yang menyambut rombongan Kerajaan Saba dengan mukjizat yang dikaruniakan Allah kepada beliau.
Dalam buku Ensiklopedia Wanita Alquran karya Imad Hilali dijelaskan, ketika Ratu Bilqis dari Kerajaan Saba itu mendapat informasi tentang seorang Nabi yang diberikan mukjizat luar biasa dari Allah dan atas kerajaan yang menakjubkan, dia pun ingin menguji Nabi tersebut. Ratu Bilqis pun berencana mengirimkan hadiah mahal dan bernilai yang dibuat oleh orang-orang kerajaannya.
“Jika raja itu (Nabi Sulaiman) menerima hadiah ini, berarti dia adalah raja dunia dan aku lebih mulia dan lebih kuat darinya. Namun jika dia menolaknya, berarti ini sesuatu dari Allah,” kata Ratu Bilqis kepada para kaumnya.
Kemudian, Ratu Bilqis pun mengumpulkan hadiah-hadiah berharga dan mengirimkannya melalui para tokoh dan pemuka kerajaannya. Mereka pun berangkat membawa hadiah tersebut menuju ke arah utara tempat kerajaan Nabi Sulaiman berada. Sementara itu, begitu melihat rombongan yang membawa hadiah, burung hud-hud yang notabene segelintir pasukan dan pengikut Nabi Sulaiman pun segera mengabarkannya kepada Nabi perihal kabar itu.
Nabi Sulaiman kemudian melakukan persiapan untuk menyambut mereka. Beliau memerintahkan bangsa jin untuk membangun sebuah bangunan yang megah, istana yang belum pernah menandingi satu pun di muka bumi. Singgasananya pun kuat, sulit diterima dengan akal, dan mengundak decak kagum bagi siapapun yang melihatnya.
Setelah semakin dekat, rombongan dari Kerajaan Saba mulai melihat bangunan yang megah itu dan mereka begitu terkejut. Nabi Sulaiman pun segera menyambut dan menyapa mereka seraya berkata: “Apa yang ada di belakang kalian itu?”. Tanpa memberikan jawaban, rombongan Kerajaan Saba pun menyodorkan hadiah itu.
Nabi Sulaiman menganggap bahwa apa yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya sudah lebih daripada cukup. Maka dengan tutur kata yang lembut, beliau menolak hadiah itu dengan sopan.
Peristiwa ini diabadikan dalam Alquran Surah An-Naml ayat 36, Allah berfirman: “Falamma ja-a Sulaimana qaala atumiddunani bimaalin famaa aatani, Allahu khairun mimma aatakum bal antum bihadiyyatikum tafrahuna,”. Yang artinya: “Maka tatkala utusan itu sampai kepada Nabi Sulaiman, dia berkata: apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu. Tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu,”.
Kemudian, Nabi Sulaiman pun memerintahkan kepada rombongan Kerajaan Saba untuk kembali membawa hadiah tersebut kepada Ratu Bilqis dan pejabat-pejabat dari Kerajaan Saba.
Nabi Sulaiman berkata: “Wahai para utusan, kembalilah kalian membawa hadiah itu. Sebab Allah telah memberiku rezeki yang melimpah, kehidupan yang mudah dan sejahtera. Dia telah memudahkan sebab-sebab kenabian dan kerajaan bagiku. Dia memberikan apa yang tidak diberikan kepada selainku. Sementara kalian adalah kaum yang belum memiliki pengetahuan tentang hakikat nikmat yang diberikan Allah kepada kalian,”.
“Bagaimana aku bisa rela dengan harta yang melalaikanku dari menyebarkan dakwah yang hak? Sebab hakikatnya harta itu adalah milik Allah. Banyak sekali Dia memberiku. Sekarang aku tinggal berusaha keras untuk tidak berhenti memuji dan bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya yang dilimpahkan kepadaku juga kepada kedua orang tuaku. Aku berdoa agar digabungkan dengan orang-orang yang shaleh, seperti para orang tua dan para kakekku,”.