REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas merosot lagi pada akhir perdagangan Jumat (12/2), memperpanjang penurunan untuk hari kedua berturut-turut. Harga emas tertekan penguatan dolar dan investor melanjutkan aksi jual mereka setelah kenaikan empat hari beruntun menjelang liburan akhir pekan tiga hari dengan Hari Presiden di AS jatuh pada Senin (15/2).
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, turun 3,6 dolar AS atau 0,2 persen menjadi ditutup pada 1.823,20 dolar AS per ons, namun naik 0,6 persen untuk minggu ini. Sehari sebelumnya, Kamis (11/2), emas berjangka anjlok 15,9 dolar AS atau 0,86 persen menjadi 1.826,80 dolar AS.
Dolar menguat sekitar 0,1 persen, terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, membuat emas yang dihargakan dalam mata uang AS kurang menarik, karena menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Emas juga berada di bawah tekanan karena imbal hasil obligasi AS masih mendekati level tertinggi sejak Maret 2020.
Latar belakang makro tetap mendukung. "Harga emas kemungkinan akan melanjutkan tren naiknya dalam beberapa pekan mendatang karena ekspektasi kami untuk dolar melemah lebih lanjut di samping imbal hasil riil tetap rendah atau negatif," kata analis Standard Chartered Suki Cooper.
Emas juga menuju kenaikan mingguan pertamanya dalam tiga pekan, dibantu oleh ekspektasi untuk paket bantuan virus corona 1,9 triliun dolar AS, mengingat statusnya sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang kemungkinan dipicu oleh stimulus yang meluas.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 28,1 sen atau 1,04 persen menjadi ditutup pada 27,328 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman April naik 12 dolar AS atau 0,96 persen menjadi menetap di 1.259 dolar AS per ons.