REPUBLIKA.CO.ID, IWAKI -- Gempa berkekuatan 7,3 skala Richter yang melanda Fukushima, Jepang pada Sabtu (13/2) malam membuat penduduk setempat ketakutan. Gempa ini mengingatkan mereka pada kenangan menakutkan ketika gempa berkekuatan 9 skala Richter melanda wilayah tersebut pada 11 Maret 2011 dan memicu tsunami.
Pemilik bar, Aoi Hoshino (46 tahun) tampak sedang menyapu sisa-sisa pecahan dari botol wiski yang pecah akibat gempa bumi pada Sabtu (13/2) malam. Sekitar 20 botol yang berjejer di bar kecil miliknya pecah berkeping-keping akibat gempa. Hoshino memasukkan pecahan botol tersebut ke dalam kantong sampah.
Hoshino telah menutup bar kecilnya yang terletak di kota Iwaki, sekitar 200 km di utara Tokyo sejak Januari karena keadaan darurat pandemi virus corona. Rencananya, dia akan kembali membuka bar miliknya pada Senin (15/2) mendatang.
"Kami terkena pandemi virus corona dan kami berharap dapat membuka kembali toko kami. Tapi sekarang ini (gempa) terjadi," ujar Hoshino.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengatakan, gempa itu diyakini sebagai gempa susulan dari gempa berkekuatan 9,0 pada 11 Maret 2011 yang memicu tsunami, dan menewaskan hampir 20.000 orang di sepanjang petak luas di timur laut Jepang. Gempa tersebut juga menyebabkan kecelakaan nuklir di Fukushima, dan menjadi yang terburuk di dunia dalam 25 tahun. JMA memperingatkan akan ada gempa susulan selama beberapa hari.
Gempa yang terjadi pada Sabtu (13/2) malam membuat Hoshino ketakutan. Gempa itu membawa kembali kenangan buruk yang pernah dia rasakan pada 2011 silam.