REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Ratusan warga Kampung Cipageur, Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, Kabupaten, Garut, masih mengungsi akibat terdampak bencana tanah longsor yang terjadi Jumat (12/2). Warga yang mengungsi dipusatkan di salah satu gedung sekolah di wilayah itu karena pergerakan tanah masih terjadi.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Daris Hilman mengatakan, pergerakan tanah di wilayah itu kembali terjadi pada Kamis (18/2) malam. Warga terdampak masih mengungsi karena khawatir rumahnya terbawa longsoran tanah.
"Ada longsor susulan lagi semalam," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (19/2).
Ia mengatakan, pihaknya masih menunggu tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk melakukan kajian kelayakan tanah. Sebab, pihaknya tak bisa memutuskan merelokasi rumah warga tanpa kajian PVMBG.
Menurut Daris, rencananya tim PVMBG melakukan kajian di wilayah Cilawu pekan ini. "Kita masih tunggu. Kita sudah konfirmasi, katanya mereka masih akan keliling dulu ke Nganjuk dan wilayah lain. Mudah-mudahan bisa secepatnya," kata dia.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut juga telah menyiapkan skema untuk merelokasi warga terdampak longsor di Kecamatan Cilawu. Sekira satu hektare lahan telah disiapkan untuk relokasi dan diperkirakan dapat menampung lebih dari 50 warga.
Menurut Daris, selain wilayah terdampak, kajian geologi harus dilakukan juga di tempat tujuan relokasi agar kejadian serupa tak terjadi di kemudian hari.
Berdasarkan laporan terakhir diterima BPBD Kabupaten Garut, longsor di Kecamatan Cilawu itu merusak belasan rumah warga dan membuat puluhan rumah lainnya terancam. Sebanyak 57 kepala keluarga (KK) atau 183 jiwa diungsikan sementara ke tempat aman.
"Tak ada korban jiwa dalam bencana itu karena masyarakat di sana sudah paham mitigasi awal, sehingga ketika terjadi longsor langsung mengungsi," kata Daris.