Sabtu 20 Feb 2021 05:20 WIB

Spanyol Temukan Lebih Banyak Varian Covid Brasil dan Afsel

Covid-19 varian Brasil, Afrika Selatan dan Inggris ditemukan lebih banyak di Spanyol.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID — Spanyol mencatat peningkatan kasus infeksi virus corona jenis baru (COVID-19). Negara itu juga melaporkan lebih banyak varian dari penyakit yang ditemukan.

Menteri Kesehatan Spanyol Carolina Darias mengatakan saat ini ada tujuh kasus varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan tiga dari Brasil. Kemudian ada varian dari Inggris yang terkait dengan 20 persen kasus infeksi terbaru.

Baca Juga

Untuk menghindari penyebaran varian lebih lanjut, Pemerintah Spanyol akan memberlakukan aturan karantina selama 10 hari terhadap orang-orang yang datang dari Brasil dan Afrika Selatan, meski memiliki hasil tes COVID-19 negatif. Sementara itu, tidak diberlakukan aturan yang sama untuk kedatangan dari Inggris karena variannya yang dinilai sudah beredar luas.

“Tidak masuk akal untuk melakukan hal yang sama untuk Inggris karena variaanya Sudan beredar luas,” ujar ahli epidemiologi Fernando Simon, dilansir Yeni Safak, Jumat (19/2).

Karena perjalanan dibatasi di sebagian besar wilayah negara, dominasi varian yang pertama kali ditemukan di Inggris jauh lebih tinggi di beberapa daerah di Spanyol daripada yang lain. Seperti di Asturias, wilaya utara Spanyol, jenis varian COVID-19 yang lebih menular menyebabkan 67 persen kasus baru. Sementara, di Mallorca melaporkan ada 40 persen kasus dari varian Inggris.

Para ahli memperingatkan bahwa Spanyol tidak dapat menerima lonjakan berita dalam kasus dengan 35 persen dari semua unit perawatan intensif masih ditempati oleh pasien COVID-19. Sementara itu, program vaksinasi terus berjalan. Lebih dari 2,78 juta suntikan telah diberikan dengan 1,14 juta orang di negara itu yang telah menerima dua dosis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement