REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni agar bisa beradaptasi langsung dengan dunia kerja serta mampu menjawab tantangan percepatan Energi Baru Terbarukan di Indonesia.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) ESDM Prahoro Yulijanto Nurtjahyo menegaskan, SDM merupakan perangkat utama bagi investor merasakan manfaat berinvestasi di energi bersih. "Kita selalu terfokus pada aspek teknis, sumber daya alam, teknologi dan proses bisnis yang mendapat banyak sorotan. Apabila kita berbicara konteks yang lebih luas, semua yang kita sebutkan tadi tidak lepas dengan keterlibatan SDM yang ada di dalamnya," kata Prahoro, Rabu (10/3).
Prohoro menegaskan, kualitas SDM yang andal diharapkan mampu mendongkrak institusi yang produktif, inovatif, dan kompetitif. "Makanya kolaborasi government dan swasta merupakan sesuatu yang tidak bisa hindarkan. Pemerintah harus bisa mengadposi teknologi dan kolaborasi apa akan kita kembangkan," sambungnya.
Selain peningkatan kapasitas SDM, ada beberapa tantangan yang penting dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan iklim investasi EBT. Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Arcandra Tahar mengungkapkan, peralihan energi fosil menuju energi terbarukan membutuhkan terobosan baru. "Perlu sebuah batu loncatan kalau kita mau beralih dari energi fosil masih menjadi energi hijau," kata Arcandra pada acara tersebut.
Menurut Arcandra, pengembangan energi terbarukan akan berhasil bila mampu mengatasi permasalahan -permasalahan seperti proyeksi kebutuhan listrik, finansial, perizinan, pembebasan lahan, smart grid, dan insentif pajak dan fiskal.
"Permasalahan ini juga yang diatasi Eropa dan Amerika dalam melihat perkembangan EBT. Perusahan-perusahaan Eropa beralih dari perusahaan fosil menuju perusahaan EBT. Tapi di Amerika, mereka tidak mengubah bisnis mereka, tapi melakukan dekarbonisasi," jelas Arcandra.
Khusus persoalan finansial, Arcandra menyoroti bagaimana Pemerintah mampu mengatasi tarif, suku bunga (interest rate), jaminan atau collateral, skala proyek, dan kapasitas pengembang. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan investor asing. "Gak banyak SDM yang punya skill di sektor EBT, kalaupun ada skillnya belum sama sehingga ini menjadi pekerjaan rumah bagi PPSDM EBTKE untuk mengoptimalkan potensi SDM tersebut menjadi tenaga-tenaga terampil," kata Arcandra.