REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ummu Asad Raithah binti Amr merupakan wanita Makkah yang dikenal dengan kepribadiannya yang sia-sia. Kisah mengenai wanita sampai-sampai diabadikan di dalam Alquran.
Allah berfirman dalam Alquran Surah An-Nahl ayat 92: “Wa la takunuu kallati naqadhat ghazlaha min ba’di quwwatin ankaatsan tattakhidzuna aimaanakum dakhalan bainakum an takuna ummatun hiya arbaa min ummatin, innama yablukumullahu bihi. Wa liyubayyinanna lakum yaumal-qiyaamati maa kuntum fiihi takhtalifun,”.
Yang artinya: “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)-mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu,”.
Imad Al-Hilali dalam buku Ensiklopedia Wanita Alquran menjelaskan, perempuan yang dimaksud di dalam ayat tersebut adalah Raithah binti Amr. Dia seorang wanita tunagrahita alias dungu yang ada di Makkah.
Di antara bukti ketidakwarasannya adalah dia suka membuat pintalan benang sepanjang sikunya untuk membentuk gulungan besar. Para pelayannya mengerjakannya dari pagi sampai tengah hari.
Setelah itu, mereka diperintah untuk mengurainya kembali. Demikian Raithah menghabiskan hari-harinya. Maka Allah SWT menjadikan kisahnya sebagai contoh bagi orang-orang Quraisy. Tujuannya agar mereka tidak seperti Raithah yang melakukan hal sia-sia, yaitu memintal benang namun kembali mengurainya.
Adapun pesan yang dapat ditangkap dari kisah ini, dijelaskan, adalah agar manusia dapat selalu memenuhi janji. Jangan sampai membatalkan janji yang telah disampaikan. Sebab orang yang telah berjanji namun mengingkari merupakan salah satu dari ciri-ciri orang munafik.