REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Perum Bulog memastikan tetap konsisten melaksanakan Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2015 untuk mengamankan harga gabah beras di tingkat petani. Caranya dengan menyerap beras petani dalam negeri yang sudah memasuki musim panen raya.
Hal itu ditandai dengan penandatanganan MOU Kesanggupan Menyerap Gabah antara Perum BULOG, Bupati Maros, Bupati Barru, Dirjen Tanaman Pangan Kementan RI, Gapoktan, serta Bank BNI yang disaksikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) dan Pimpinan Perum BULOG Wilayah Sulselbar.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya mengatakan geliat panen raya padi di dibeberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dimulai pada pertengahan bulan Maret 2021, termasuk Kabupaten Maros dan Kabupaten Barru. Perkiraan produksi gabah Maros dan Barru bulan Maret sebesar 73.533 ton GKG.
"Langkah serap gabah akan dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, sehingga penurunan harga akibat panen raya bisa diantisipasi dan dapat memenuhi cadangan beras pemerintah. Semoga dengan langkah ini harga gabah tidak anjlok lagi dan petani bisa sejahtera. Itulah harapan kita semua," kata Syahrul dalam keterangan resmi, Senin (22/3).
Pimpinan Bulog Wilayah Sulselbar, Eko Pranoto, menyampaikan, sampai saat ini telah menyerap hasil panen petani sebanyak 34 ribu ton setara beras atau sebesar 11,27 persen dari target tahun 2021 sebanyak 303 ribu ton atau 97 persen dari target TW I sebesar 35 ribu ton.
“Kehadiran Bulog dalam menyerap panen petani kami harap mampu menjaga stabilisasi harga di tingkat produsen, dan hingga saat ini harga gabah/beras di Provinsi sulawesi selatan masih terjaga diatas HPP sesuai permendag 24 tahun 2020," kata Eko.
Ia mengatakan, selain untuk memupuk stok sebagai cadangan beras pemerintah, kegiatan penyerapan gabah/beras petani dalam negeri ini juga menggerakkan perekonomian di tingkat petani.