REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta seluruh negara dan perusahaan di dunia untuk berbagi 10 juta dosis vaksin Covid-19 untuk program Covax. Melalui skema Covax, vaksin Covid-19 akan dibagikan kepada negara-negara miskin.
"Pada awal tahun, saya mengeluarkan seruan agar negara-negara bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara memulai vaksinasi dalam 100 hari pertama tahun ini," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir Aljazirah, Sabtu (27/3).
Tedros mengatakan, saat ini tinggal 15 tersisa untuk memastikan bahwa 36 negara yang belum mendapatkan vaksin dapat memulai kampanye vaksinasi setidaknya bagi populasi yang berisiko. Tedros menambahkan, 16 negara dijadwalkan menerima vaksin dalam dua minggu ke depan tetapi 20 negara belum mendapatkan alokasi vaksin.
“Covax membutuhkan 10 juta dosis segera sebagai tindakan sementara, sehingga 20 negara ini dapat mulai memvaksinasi pekerja kesehatan dan lansia dalam dua minggu ke depan. Sepuluh juta dosis itu tidak banyak dan belum mencukupi, tetapi ini adalah permulaan," kata Tedros.
Covax sebuah platform internasional yang bertujuan untuk memberikan dua miliar dosis ke negara-negara termiskin di dunia dalam satu tahun. Sebelumnya, WHO mengkritik negara-negara berpenghasilan tinggi karena telah mengamankan sebagian besar pasokan vaksin yang terbatas, sehingga berkontribusi pada distribusi yang tidak merata.
Pekan ini, India membatasi ekspor vaksin AstraZeneca yang diproduksi di dalam negeri oleh Serum Institute of India (SII). Pembatasan ekspor ini dapat mengganggu distribusi vaksin dalam skema Covax. Peserta yang dialokasikan suntikan yang diproduksi oleh SII akan mengalami penundaan pengiriman yang semula diantisipasi terjadi pada bulan Maret dan April.
Vaksin AstraZeneca yang diproduksi oleh SII sangat penting bagi negara berkembang karena mewakili inti dari vaksin yang ditujukan untuk program Covax. Sejauh ini, India telah mengirimkan lebih dari 60 juta dosis ke 76 negara, sebagian besar merupakan vaksin AstraZeneca diproduksi oleh SII.
Banyak negara telah memprioritaskan vaksin AstraZeneca dalam rencana peluncurannya. Vaksin AstraZeneca dijual dengan harga terjangkau dan lebih mudah disimpan pada suhu normal dibandingkan vaksin lain.
Keputusan India menangguhkan ekspor vaksin, karena negara tersebut ingin memenuhi permintaan domestik. Kasus virus korona di India saat ini melonjak tajam dan kampanye vaksinasi berjalan lambat.