Jumat 02 Apr 2021 17:59 WIB

Masih Ada Orang Tua Ragu Anaknya Kembali ke Sekolah

Dua orang tua di Tasikmalaya ragu karena kasus Covid-19 masih terus bertambah

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah orang tua murid mencuci tangan saat mengikuti simulasi sekolah hybrid (ilustrasi). Dua orang tua di Tasikmalaya ragu karena kasus Covid-19 masih terus bertambah
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah orang tua murid mencuci tangan saat mengikuti simulasi sekolah hybrid (ilustrasi). Dua orang tua di Tasikmalaya ragu karena kasus Covid-19 masih terus bertambah

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah memberi izin sekolah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Syaratnya, guru-guru yang sekolahnya hendak menggelar PTM harus sudah menjalani vaksinasi. Sekolah juga harus memenuhi daftar periksa terkait sarana dan prasarana protokol kesehatan (prokes).

Kendati demikian, sejumlah orang tua siswa di Tasikmalaya masih ragu anaknya akan aman dari penyebaran Covid-19 jika kembali PTM di sekolah. Apalagi, vaksin Covid-19 tak 100 persen menjamin seseorang terhindar dari penularan.

"Saya masih bimbang sih," kata salah satu orang tua siswa di Kota Tasikmalaya, Asep (45 tahun), kepada Republika, Jumat (2/4).

Orang tua yang memiliki dua anak laki-laki itu belum yakin bahwa PTM di sekolah aman. Sebab, kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya masih terus mengalami penambahan setiap harinya. 

Namun di sisi lain, Asep juga merasa kasihan dengan anaknya, lebih khusus kepada putra sulungnya yang sudah kelas 4 sekolah dasar (SD). Belajar di rumah dinilai tak sama dengan belajar di sekolah. Menurut dia, anaknya sering kali tak mengerti materi pelajaran yang diberikan secara daring oleh gurunya. Sementara anaknya yang kedua terkpaska harus menjalani les secara mandiri, lantaran Asep tak berani menyekolahkan ke taman kanak-kanak (TK) selama masih terjadi pandemi.

"Boleh aja sekolah kalau sudah disetujui pemerintah. Cuma harus ketat dari sekolah prokesnya," ujar dia.

Senada dengan Asep, Yudi (35) masih bimbang untuk kembali mengizinkan anaknya belajar di sekolah. Sebab, ia tahu betul pandemi Covid-19 belum usai.

"Senang gak senang. Senang karena kalau sekolah masuk, beban orang tua berkurang. Tapi juga takut Covid," kata orang tua siswa kelas 2 SD itu.

Ia menilai, belajar secara daring menjadi beban tersendiri bagi orang tua. Mengajar anak baginya menguras energi lantaran tak biasa. 

Yudi mengatakan, anaknya lebih banyak bermain gim, alih-alih belajar melelalui telepon pintar (smartphone). "Matanya jadi minus 1. Sebelumnya mah tidak," kata dia.

Pada prinsipnya, Yudi mengaku senang jika anaknya bisa kembali belajar di sekolah. Namun, harus ada jaminan dari sekolah terkait keamanan dan keselamatan anaknya. 

"Jaminan maksudnya, keamanan terjamin. Selama baik, tidak apa-apa," ujar dia.

Sejauh ini, belum ada satu sekolah pun di Kota Tasikmalaya yang menggelar PTM. Sebab, kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya masih terus bertambah. 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, perkembangan kasus Covid-19 di Kota Tasikmalaya masih terus mengalami penambahan. Namun, jika pemerintah pusat sudah membuat kebijakan, daerah akan mengiktunya. 

"Yang terrpenting sekarang kan adalah penerapan prokes," kata dia.

Sebagai upaya mendukung PTM tatap muka, dinasnya akan fokus melakukan vaksinasi kepada guru. Saat ini, menurut Uus, baru sekitar 50 persen dari total keseluruhan guru di Kota Tasikmalaya sudah menjalani vaksinasi. 

"Kalau sudag ada kepastian Juli, kita akan upayakan para guru duluan divaksin," kata dia.

Uus menambahkan, apabila dimungkinkan, pihaknya juga akan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada siswa. Dengan begitu, ada jaminan PTM dapat berjalan aman.

Pemeriksaan kesehatan yang dimaksud tak lain adalah pengecekan Covid-19. Terdapat beberapa alternatif yang bisa dilakukan. Pertama, melakukan tes usa (swab) PCR. Namun, metode ini memerlukan waktu lama untuk hasilnya dan biaya tak sedikit. 

Kedua, akan lakukan tes swab antigen kepada para siswa dengan pertimbangan hasil dapat dengan cepat diketahui. Ketiga, bisa juga melakikan tes GeNose lantaran lebih murah dan relatif tidak sulit. 

"Tes itu masih kita pertimbangkan akan dilakukan secara acak atau keseluruhan. Karena kita harus koordinasi dulu. Apalagi kita juga harus pastikan jumlah ketersediaan alatnya," kata Uus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement