REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semasa pandemi setahun belakangan, ada satu nama institusi yang paling sering terdengar di Jerman, yakni Robert Koch Institut (RKI). Institusi tersebut bertanggung jawab atas pengendalian penyakit menular di negara ini.
Namun, siapakah Robert Koch, orang yang namanya kemudian didapuk menjadi nama sebuah lembaga yang cukup dihormati ini?
Dunia di abad ke-19 tampaknya banyak dilanda perang dan berbagai infeksi penyakit menular. Tuberkolosis, kolera, difteri, dan infeksi pada luka menjadi beberapa penyebab utama kematian para warganya. Dan saat itu, masih minim pengetahuan tentang kenapa penyakit tertentu mudah sekali mewabah.
Di abad tersebut, lahir Robert Koch pada tanggal 11 Desember 1843, sebagai anak ketiga dari total tiga belas bersaudara dari keluarga penambang di Clausthal, Jerman. Tahun 1862 pemuda Robert Koch yang masih berusia 19 tahun dan baru saja lulus sekolah menengah datang ke Universitas Göttingen dengan penuh semangat belajar.
Ia awalnya mendaftar untuk belajar matematika, fisika dan botani. Niatnya ingin jadi ahli matematika, namun ternyata di jurusan itu ia hanya bertahan dua bulan.
Robert Koch segera menemukan kecintaannya pada ilmu medis dan beralih ke fakultas kedokteran. Kecemerlangannya tidak lagi terbendung. Mahasiswa itu segera menulis artikel ilmiah pertamanya pada usia yang terbilang muda. Setelah menyelesaikan studi, ia bekerja di rumah sakit di Berlin dan Hamburg.
Perhatian akan mikroba berawal dari antraks
Dari tahun 1870 hingga 1871 Robert Koch bekerja sebagai dokter dalam Perang Prancis-Prusia. Sekembalinya dari medan perang, ia bekerja sebagai petugas kesehatan masyarakat di Wollstein (kini termasuk wilayah Polandia). Di sanalah dia mulai mendalami biologi bakteri.
Di luar medan perang, antraks merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti di Eropa pada saat itu. Seluruh kawanan ternak bisa dengan mudah mati karena penyakit ini. Antraks juga dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Banyak orang pada zaman itu menduga bahwa penyakit di sekitar Wollstein ini disebabkan oleh suatu zat misterius, atau bahkan hal aneh yang tidak dapat dijelaskan. Namun, Koch tidak puas dengan penjelasan ini dan mulai meneliti tentang antraks.
Berdasarkan penelitiannya, ia menemukan jawaban mengapa ternak di padang rumput tertentu dapat berulang kali terjangkit antraks: bangkai hewan yang mati tidak cukup dalam dikubur di dalam tanah. Dia juga menemukan bakteri antraks dapat membentuk spora yang bisa bertahan dalam jangka waktu lama di lingkungan yang berbeda.