REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Sesungguhnya, 100 tahun pertama Dinasti Abbasiyah dipimpin para sultan yang mewujudkan kemajuan negeri. Khususnya, sejak zaman khalifah Al Mahdi hingga Al Mutawakkil (847-861). Bagaimanapun, era pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid merupakan tonggak penting dalam membuka progres itu lebih lanjut lagi.
Puncak kejayaan Islam pada Abad Pertengahan dapat dikatakan bermula sejak masa kekuasaan dirinya serta kemudian anaknya, Abu al-'Abbas Abdullah alias al-Ma'mun (786-833). Itu terjadi di belahan dunia timur. Pada saat yang bersamaan, di belahan dunia barat, tepatnya Andalusia, peradaban Islam pun bersemi, terutama sejak kepemimpinan amir Kordoba, Abdurrahman II (792-852).
Harun Al Rasyid memegang tampuk pemerintahan sejak 14 September 786. Ia menggantikan saudaranya, khalifah Al Hadi (764-786), yang hanya berkuasa selama satu tahun. Tepat di hari pelantikannya, putranya lahir, yakni Al Mamun. Sultan Harun mengangkat seorang ulama yang karismatik untuk menjadi perdana menterinya.
Namanya, Yahya Al Barmaki. Kalangan sejarawan mencatat, Yahya juga berperan sebagai guru sang khalifah. Dalam usia semuda itu serta dengan kekuasaan di genggaman, amatlah mudah bagi Harun untuk tergelincir, mabuk kekuasaan. Maka dari itu, dia memerlukan bimbingan dan nasihat, baik secara kognitif, politik, maupun spiritual.
Gelar Al Rasyid di belakang namanya menandakan watak yang penuh kebijaksanaan. Sebagai seorang Muslim, dia pun gemar mengamalkan ibadah-ibadah sunah. Dengan begitu, jiwanya terlatih untuk selalu tawadu dan peka terhadap persoalan rakyat.