REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) ikut berkomentar soal kabar kelangkaan gula rafinasi di Jawa Timur. Kabar tersebut dinilai tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
Sebelumnya, muncul isu terkait dengan kelangkaan stok gula rafinasi yang dikeluhkan oleh Ketua Asosiasi Pesantren Entrepreneur Indonesia (APEI) Muhammad Zakki. Dia menuding kelangkaan tersebut dampak dari Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 3 Tahun 2021 tentang Jaminan Ketersediaan Bahan Baku Industri Gula dalam rangka Pemenuhan Kebutuhan Gula Nasional.
Namun apa yang diungkapkan oleh Muhammad Zakki dibantah oleh Ketua Umum APTRI Soemitro Samadikoen. Menurut Soemitro, kabar mengenai kelangkaan tersebut tidak benar, apalagi hingga membuat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kesulitan berproduksi hingga nyaris gulung tikar. "UMKM apa yang di Jawa Timur nggak bisa berproduksi, Masih jalan seperti biasanya kok," kata dia dalam keterangan resmi, Jumat (16/4).
Menurut Soemitro, kesulitan yang dialami UMKM saat ini bukan dampak dari kelangkaan gula, melainkan lantaran terkena imbas pandemi. Hingga saat ini, lanjut dia, belum ada satupun pihak yang mengeluh kepadanya terkait ketersediaan bahan baku gula.
Kemudian terkait dengan tidak adanya pabrik gula rafinasi di Jawa Timur, Soemitro menurutkan memang sejak dulu provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut tidak memiliki pabrik gula rafinasi. Sedangkan yang berdiri di provinsi tersebut adalah pabrik gula yang mengolah gula konsumsi.
"Pabrik gula rafinasi memang dari dulu ada 11 (di luar wilayah Jawa Timur). Dari dulu Jawa Timur nggak ada pabrik gula rafinasi," lanjut dia.
Dibalik itu, justru yang dikhawatir Soemitro dari isu kelangkaan gula rafinasi ini adalah dibukanya kembali impor gula. Jika itu terjadi, maka akan meresahkan para petani tebu di tanah air, sebab berpotensi membuat harga gula dalam negeri anjlok."50 persen petani tebu itu ada di Jawa Timur. Kalau tambah lagi (impor) kita semakin hancur," tutur dia.