Selama bertahun-tahun, dia mencatat, meriam adalah satu-satunya cara untuk mengingatkan orang bahwa sudah waktunya untuk berbuka puasa dan menambahkan karakter yang berbeda ke bulan suci yang masih tersimpan dalam ingatan orang.
Direktur Center of Makkah History, Fawaz Al-Dahas, mengatakan, meriam tersebut telah berdiri di Gunung Abu Al-Madafaa setidaknya selama satu abad. Dan orang-orang Makkah, kata dia, kerap menghubungkan cinta mereka pada bulan suci Ramadhan dengan keduanya. Yakni meriam dan gunung.
“Dulu, tidak mungkin mendengar suara muazin Masjid Al-Haram, jadi meriam melakukan tugas itu atas nama mereka. Itu tetap menjadi tradisi yang dipegang teguh,” kata Al-Dahas.
Tapi teknologi modern terutama speaker yang ditempelkan di menara Masjid Al-Haram, kata dia, akhirnya membuat meriam itu usang dan fungsinya tak lagi dibutuhkan. Penembakan meriam selama Ramadan telah ditelusuri kembali ke abad ke-15 dan era Mamluk.