REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menanggapi situasi pandemi Covid-19 di India yang semakin memburuk dan banyak ditemukan gejala mulut kering dan hampir tidak ada keluhan demam pada pasien Covid-19. Menurutnya, para ilmuwan, termasuk Indonesia masih mempelajari berbagai gejala Covid-19 termasuk mulut kering ini merupakan gejala baru Covid-19 atau tidak.
"Belakangan, yang sedang dibicarakan dan jadi perhatian adalah gejala mulut kering, juga dikenal sebagai Xerostomia, yang mungkin merupakan gejala awal Covid-19. Namun, hal ini masih dipelajari oleh para ilmuwan," katanya dalam cuitan di akun Twitter miliknya, Selasa (20/4).
Kemudian, ia menjelaskan mulut kering ini merupakan manifestasi ketika tubuh gagal memproduksi air liur yang melindungi mulut dari patogen. Yang ditemukan pada pasien Covid-19 adalah adanya perubahan sensasi lidah. Biasanya lidah pasien tampak putih dan tidak rata.
Pada beberapa kasus, gejala mulut kering ini disertai nyeri saat mengunyah makanan dan ada perubahan pada kualitas saliva (cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ludah). Lalu, sejumlah studi menunjukkan kalau banyaknya reseptor ACE2 di jaringan mulut, membuat area ini menjadi rentan terhadap korona. Reseptor ACE2 adalah komponen kunci dalam infeksi Covid-19 karena memfasilitasi masuknya virus ke dalam sel inang.
"Sebenarnya gejala mulut kering sudah terdeteksi pada 2020 di beberapa negara. Dari data diketahui bahwa sebagian besar gejala ini dialami oleh pasien dewasa.
Mungkin, ketika terjadi lonjakan kasus di India, gejala ini banyak ditemukan di sana. Termasuk pada anak dan remaja," kata dia.
Ia pun mengingatkan kepada masyarakat kalau mulut kering juga banyak faktornya yaitu salah satunya karena reaksi autoimun dari si pasien Covid-19. "Atau bisa juga karena pasiennya yang mengkonsumsi macam-macam obat atau orang itu punya riwayat diabetes," kata dia.