Rabu 21 Apr 2021 11:43 WIB

Saham Bank Jago Diperkirakan Bisa Tembus Rp 21.476

Peningkatan harga saham didukung kinerja Bank Jago dan dukungan Gojek.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Aplikasi Jago resmi diluncurkan Bank Jago hari ini, Kamis (15/4). Morgan Stanley memperkirakan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) masih berpeluang mengalami kenaikan yang lebih tinggi.
Foto: Republika/Idealisa masyrafina
Aplikasi Jago resmi diluncurkan Bank Jago hari ini, Kamis (15/4). Morgan Stanley memperkirakan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) masih berpeluang mengalami kenaikan yang lebih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Morgan Stanley memperkirakan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) masih berpeluang mengalami kenaikan yang lebih tinggi. Dalam kondisi tertentu, saham bank digital tersebut bahkan diprediksi bisa mencapai level Rp 21.476.

Peningkatan harga saham ini didukung oleh kinerja perseroan yang fokus memanfaatkan ekosistem online serta mendapat dukungan dari startup teknologi terbesar di Indonesia yaitu Gojek. Seperti diketahui, Gojek saat ini telah menggenggam sebanyak 22 persen saham Bank Jago.

Baca Juga

Dalam risetnya, analis Morgan Stanley Sekuritas Indonesia, Mulya Chandra dan Yulinda Hartanto telah membuat prediksi dan analisis terkait potensi pergerakan harga saham Bank Jago. Proyeksi tersebut dibagi ke dalam tiga skenario.

Pada skenario pertama atau bull case, saham Bank Jago bisa mencapai Rp 21.476 dengan asumsi pertumbuhan ekonomi berada pada level 7,4 persen. Adapun suku bunga acuan diasumsikan turun dari 6 persen pada 2020 menjadi 4,4 persen dan NIM lebih tinggi dari 3,1 persen.

Pada skenario kedua atau base case, saham Bank Jago diproyeksi bisa mencapai Rp 14.528 dengan asumsi pertumbuhan ekonomi berada di level 6,2 persen. Sementara suku bunga acuan diasumsikan pada level 6,3 persen. Sedangkan penyaluran kredit diasumsikan tumbuh 133 persen dengan NIM 3,0 persen.

Terakhir skenario terburuk atau bear case, saham Bank Jago diprediksi berada di level Rp 6.049 dengan asumsi pertumbuham ekonomi dikisaran 5,2 persen dan suki bunha acuan naik dari 6 persen di 2020 menjadi 7,55 persen. Sedangkan penyaluran kredit diasumsikan tumbuh 3 persen dengan NIM lebih rendah dari 2,8 persen.

Secara historis, harga saham Bank Jago nyaris tidak bergerak dari agustus 2018 hingga awal 2019. Saham Bank Jago mulai bergerak naik setelah diakuisisi oleh PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology Limited (WTT) pada akhir 2019 lalu. 

Morgan Stanley melihat, kenaikan paling signifkan dari saham emiten bank digital ini justru terjadi saat mencuatnya informasi mengenai peningkatan porsi saham Gojek di Bank Jago dari yang sebelumnya hanya 4 persen menjadi 22 persen.  

Baca juga : Pria Tikam Lima Jamaah, Imam Masjid Berharap Bukan Teroris

"Penambahan kepemilikan saham Gojek telah meningkatkan volume transaksi saham secara signifikan. Meningkatnya permintaan saham Bank Jago telah mendorong harga sahamnya naik secara signifikan," tulis Morgan Stanley dalam risetnya yang dirilis Maret lalu.

Selain itu, pengumuman rights issue Bank Jago pada akhir tahun 2020 juga telah meningkatkan volume transaksi serta permintaan sahamnya. Aksi korporasi ini juga yang menyebabkan kenaikan tajam pada harga sahamnya.

Morgan Stanley melihat strategi kolaborasi dengan Gojek ini akan sangat menguntungkan bagi Bank Jago. Kolaborasi dengan Gojek akan memperluas peluang Bank Jago untuk berkolaborasi dengan ekosistem online lainnya. Artinya, Bank Jago bisa menjangkau pasar yang lebih luas lagi.

"Setelah mencapai skala yang cukup dan bank tersebut cukup kuat, kami pikir Bank Jago dapat berekspansi ke pasar offline dan bersaing dengan bank-bank besar yang sudah ada," kata Morgan Stanley.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement