Jumat 23 Apr 2021 04:46 WIB

IMF: Ada Potensi Risiko Dalam Mata Uang Digital

Uang digital berpotensi membuat layanan keuangan jauh lebih inklusi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung melakukan transaksi pembayaran nontunai dengan menggunakan Scan QRIS di salah satu restoran di Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (9/3). Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan ada risiko yang perlu diperhatikan dari mata uang digital.
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Pengunjung melakukan transaksi pembayaran nontunai dengan menggunakan Scan QRIS di salah satu restoran di Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (9/3). Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan ada risiko yang perlu diperhatikan dari mata uang digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan ada risiko yang perlu diperhatikan dari mata uang digital. Asisten Direktur IMF Departemen Asia Pasifik Helge Berger mengatakan peringatan ini dari sisi keamanan mata uang digital. Penerbit mata uang digital harus memiliki kerangka operasional dengan protokol yang aman.

"Kita harus belajar bagaimana melakukan ini dengan aman," ujarnya dikutip dari Xinhua, Jumat (23/4).

Baca Juga

Dari sisi lain menurutnya mata uang digital berpotensi membuat layanan keuangan jauh lebih inklusi, bahkan mampu menurunkan biaya transaksi dalam memegang dan memindahkan uang tunai. 

“Kami juga melihat beberapa keuntungan mata uang digital selama resesi tahun lalu, ketika otoritas fiskal di China menggunakan sarana elektronik untuk menargetkan dukungan fiskal kepada konsumen tertentu," ucapnya.

Berger menyebut beberapa bank sentral dunia sedang bereksperimen atau setidaknya berpikir secara konseptual untuk meluncurkan versi digital mata uang mereka. China merupakan salah satu negara ekonomi besar pertama yang telah mendorong maju dengan eksperimennya. 

"Ini area yang menarik.Kami terus mengawasinya dan bersama dengan otoritas China, kami belajar dari pengalaman China,” ucapnya.

China merupakan salah satu negara yang telah mengimplementasikan mata uang digital. Salah seorang warga China, Annabelle Huang bercerita pengalaman menggunakan uang digital bank sentral mirip dengan pembayaran digital China lainnya yang sudah ada. 

Huang mendapat undian dari pemerintah China untuk mencoba pengalaman menggunakan mata uang digital nasional. Dia menerima amplop digital yang berisi 200 yuan China elektronik atau eCNY atau setara Rp 440 ribu dan membelanjakan uang tersebut ke toko serba ada di sebelah kantornya. 

Pembayaran menggunakan kode QR untuk mata uang digital menggunakan aplikasi bank yang dipindai di toko untuk pembayaran. "Cara pembayarannya sangat mirip dengan aplikasi pembayaran Tiongkok lainnya," kata Huan dikutip dari The New York Times.

Mata uang ini memungkinkan penyerahan langsung uang yang kedaluwarsa jika tidak digunakan pada tanggal tertentu dan dapat memudahkan pemerintah untuk melacak transaksi keuangan untuk membasmi penggelapan pajak. Selama 12 bulan terakhir, lebih dari 60 negara telah bereksperimen dengan mata uang digital nasional, naik dari lebih dari 40 pada tahun sebelumnya. Negara-negara tersebut termasuk Swedia, yang melakukan uji coba yakni krona digital, dan Bahama, yang telah membuat mata uang digital, sand dollar, tersedia bagi warga negara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement