REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Australia membatalkan secara sepihak dua kesepakatan infrastruktur dengan China. Tindakan Australia tersebut meningkatkan tensi antara kedua negara dan semakin memperparah hubungannya dengan Beijing.
Sebelumnya, Beijing memblokir impor batu bara dan barang-barang lainnya dari Australia sebagai pembalasan atas permintaan negeri kangguru tersebut untuk menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19 di China.
Berdasarkan undang undang yang berlaku di Victoria, pemerintah setempat diizinkan membatalkan perjanjian yang berpotensi melanggar kepentingan nasional, kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengumunkan, dikutip AP, Jumat (23/4).
Kontrak infrastruktur antara Australia dan China ini merupakan bagian dari program Belt and Road Initiative milik Beijing dengan nilai miliaran dolar. Program tersebut untuk memperluas perdagangan dengan membangun pelabuhan, rel kereta api, dan fasilitas lainnya di berbagai negara dari Pasifik Selatan hingga Asia hingga Eropa.
Penandatanganan perjanjian tersebut telah dilakukan pada 2018 dan 2019 lalu. Namun sejak Desember 2020, parlemen Australia memberlakukan undang-undang yang mengizinkan kepemimpinan nasional untuk campur tangan.
Payne juga mengumumkan pembatalan kontrak yang ditandatangani oleh Departemen Pendidikan Victoria dengan pemerintah Suriah pada 1999 dan Iran pada 2004. Kesepakatan dengan China dan Suriah itu dinilai tidak sejalan dengan kebijakan luar negeri Australia atau merugikan hubungan luar negerinya.
Pemerintah China mengkritik keputusan tersebut. "Keputusan itu dinilai sangat merusak hubungan dan kepercayaan antar negara," kata juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin.
Menurut Wang, China berhak untuk membuat reaksi lebih lanjut. Namun Wang tidak memberikan rincian kemungkinan tindakan yang akan diambil untuk membalas keputusan Australia tersebut.
"Kami mendesak Australia untuk meninggalkan mentalitas perang dinginnya dan tidak melangkah lebih jauh ke jalan yang salah untuk menghindari hubungan China-Australia, yang sudah menghadapi kesulitan serius, bahkan lebih buruk," kata Wang.