Astana Sightseeing Tour
Meskipun nama kota yang terletak di pinggiran sungai Ishim ini sudah berganti nama menjadi Nur-Sultan, namun penggunaan nama Astana masih sering kita jumpai termasuk di program Sightseeing ini.
Menurut beberapa orang, masih dipakainya kata Astana dalam beberapa kesempatan adalah karena kata Astana lebih mudah diucapkan dibanding kata Nur-Sultan.
Untuk bisa berkeliling kota menggunakan RedBus ini kita harus membeli tiket seharga 3000 KZT (Dewasa), 2000 KZT (pelajar dan pensiun), dan gratis untuk anak di bawah usia lima tahun. Tiket bisa dibeli secara online atau di tempat pemberangkatan bus dan halte pemberhentian yang dilalui oleh bus ini.
Setelah kita membayar tiket, kita akan mendapatkan earphone yang bisa pasang dibangku bus untuk mendengarkan informasi tentang kota secara keseluruhan selama perjalanan.
Badan bus di bagian atas terbagi menjadi dua bagian. Bagian depan dengan atap tertutup dan bagian belakang dengan atap terbuka. Kita bisa memilih untuk duduk sesuai dengan selera kita.
Untuk saat ini Redbus ini berangkat tiga kali sehari dari lapangan Baiterek tower, pemberangkatan pertama pukul 11.30, 13,50 dan 16.10. Bus akan berhenti di beberapa titik pemberhentian selama 10 menit untuk memberikan kesempatan kepada penumpang untuk mengambil gambar. Total perjalanan kurang lebih 2 jam.
Selama perjalanan berkeliling kota RedBus akan berhenti di beberapa tempat yang menjadi landmark kota Nur-Sultan seperti Ailand Park, Khan Shatyr Mall, Triumphal Arch, Expo Center, National Museum Square, dan kembali lagi ke lapangan Baiterek tower.
Puasa di Kazakhstan
Untuk tahun ini puasa di Nur-Sultan terasa lebih mudah daripada tahun lalu karena puasa tahun ini jatuh pada pertengahan bulan April, di mana cuaca sudah tidaklah terlalu panas. Kemungkinan kondisi seperti di Nur-Sultan ini berbeda dari kondisi di kota lain di Kazakhstan.
Meski secara tradisi masyarakat Kazakh banyak yang memproklamirkan diri sebagai muslim, namun secara konstitusi Kazakhstan sebenarnya adalah negara sekuler. Dimana masalah agama tidaklah begitu mendapat perhatian. Oleh karena itu, gegap gempita Ramadhan tidaklah begitu terasa. Rumah makan tetap buka seperti biasa, melihat orang makan di tempat umum pun juga sangat lumrah.
Karena masih dalam situasi pandemi, pemerintah Kazakhstan masih menerapkan pembatasan sosial berskala besar. Sholat tarawih dan kegiatan yang melibatkan massa lainnya belum diperbolehkan. Meski begitu, beberapa rumah makan menyediakan paket iftar di paket hidangan mereka. Rumah makan akan selalu penuh pada waktu magrib, dan kebanyakan meja pun sudah direservasi.
Kami sebagai masyarakat Indonesia yang tinggal di Kazakhstan tidak bisa merasakan meriahnya ngabuburit seperti yang mudah ditemui di Indonesia. Untuk menunggu magrib yang biasanya kami lakukan adalah jalan-jalan atau bermain bersama keluarga di taman yang terdapat tidak jauh dari tempat tinggal kami.
Untuk Ramadhan tahun ini, Muslim yang tinggal di Kazakhstan harus berpuasa selama kurang lebih 18 jam. Sebagai contoh, waktu subuh di kota Nur-Sultan minggu ini masuk pukul empat (04.00) dan Maghrib masuk pukul delapan tiga puluh (08.30).
*WNI tinggal di Nur-Sultan, Kazakhstan