Kamis 29 Apr 2021 17:22 WIB

Harga Gula Lebih Mahal dari Negara Lain, Ini Penyebabnya

Rata-rata harga gula di tingkat ritel berada pada kisaran Rp 12.200 per kilogram.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Harga gula di tingkat konsumen untuk pasar Indonesia diketahui lebih mahal dari sejumlah negara. Rata-rata harga gula di tingkat ritel Indonesia berada pada kisaran Rp 12.200 per kilogram
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Harga gula di tingkat konsumen untuk pasar Indonesia diketahui lebih mahal dari sejumlah negara. Rata-rata harga gula di tingkat ritel Indonesia berada pada kisaran Rp 12.200 per kilogram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga gula di tingkat konsumen untuk pasar Indonesia diketahui lebih mahal dari sejumlah negara. Rata-rata harga gula di tingkat ritel Indonesia berada pada kisaran Rp 12.200 per kilogram, harga tersebut cenderung tinggi jika dibanding negara tetangga Malaysia, maupun Thailand.

Peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS), Felippa Amanta, menjelaskan, berasarkan indeks harga bulanan rumah tangga yang dihimpun CIPS, harga gula di tingkat ritel di Kuala Lumpur Malaysia hanya Rp 10.250 per kilogram (kg) sedangkan di Bangkok, Thailand sebesar Rp 10.500 per kg.

Adapun harga gula di Indonesia di sisi lain lebih murah dari Manila, Filipina yang sebesar Rp 19.300 per kg maupun Singapura sebesar Rp 16 ribu per kg. "Ini baru hanya secara minimal, belum mempertimbangkan daya beli," kata Felippa dalam webinar, Kamis (29/4).

Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Supriadi, menjelaskan, harga gula kristal putih (GKP) yang dikonsumsi masyarakat memang lebih mahal karena sejumlah hal. Ia mengatakan, patokan harga gula memiliki acuan harga pokok produksi di hulu serta harga acuan di hilir.

Berbeda dengan GKP, gula kristal rafinasi (GKR) yang digunakan industri sejatinya jauh lebih murah, yakni berkisar Rp 8 ribu-Rp 10 ribu per kg. Murahnya harga itu karena bahan baku gula mentan yang diimpor dan berharga murah. Ia menyebut, harga gula mentah impor untuk bahan baku GKR hanya berkisar Rp 4 ribu-Rp 7 ribu.

"Kita tidak bisa membandingkan dengan Kuala Lumpur dan negara lain karena mereka pabriknya gula bahan baku impor semua jadi harga murah. Mereka juga tidak punya gula berbasis tebu," kata Supriadi.

Sementara di Indonesia, produksi GKP yang dikonsumsi masyarakat saat ini berbasis gula tebu yang dibudidayakan oleh petani. Ia mengakui harga tebu saat ini cukup mahal, oleh karena itu pemerintah juga harus melindungi petani.

"Memang produksi gula itu bukan di pabrik, tapi di perkebunan tebu, kalau perkebunan bisa diperbaiki, produktivitas dan rendemen bagus, saya rasa harga GKP bisa bersaing," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement