REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lailatul Qadar diterangkan dalam surat Al-Qadar surah ke-97 dari mushaf Alquran. Surah Al-Qadar memiliki lima ayat yang turunnya jauh sesudah turunnya Alquran setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Candra Nila Murti Dewojati dalam bukunya "Strategi Jitu Meraih Lailatul Qadar" menuliskan setelah diteliti, penempatan urutan surat dalam Alquran ditemukan keserasian-keserasian yang mengagumkan. Salah satu surat yang dibahas dalam surat Al-Alaq yang berisi mengenai perintah membaca, dan tentu salah satu yang dibaca adalah Alquran.
"Maka akan terlihat sangat wajar jika surat sesudahnya bicara mengenai turunnya Alquran dan kemuliaan malam yang dipilih sebagai malam Nuzulul Quran," katanya.
Selain itu, pada bulan Ramadan adalah sesuatu yang istimewa selain turunnya Alquran, yakni di dalamnya ada satu malam yang diyakini sebagai malam Lailatul Qadar malam lebih baik baik dari 1000 bulan. Banyak pertanyaan besar bagaimana suasana malam Lailatul Qadar? Apakah terjadi setiap bulan Ramadan sepanjang masa? Apakah setiap orang yang menantinya, bertafakur, ber i'tikaf di masjid, pasti akan mendapatkannya?
"Yang pasti dan harus diyakini adalah pertanyaan yang terdapat dalam Alquran bahwa ada suatu malam yang bernama Lailatul Qadar, dan malam itu adalah malam yang penuh berkah di mana ditetapkan segala urusan besar dengan penuh kebijaksanaan," katanya.
Selain itu, malam itu dinamakan malam yang penuh kemuliaan. Memang tidak mudah untuk mengukur seberapa besar kemuliaan itu, tetapi disyaratkan adanya pertanyaan dalam bentuk pengagungan yakni . "Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"
Menurut Quraish Shihab, ada 13 kalimat "ma adraka" yang terulang dalam Alquran. Sepuluh di antaranya mempertanyakan tentang kehebatan yang terkait dengan hari kemudian, contohnya. "Ma adraka yaum al-fashl"
Dan hampir semuanya memiliki makna yang sama. "Hal yang tidak mudah dijangkau oleh akal pikiran manusia". Seperti ayat berikut. "Tahukah kamu apakah yang datang pada malam itu? (QS.Ath-Thariq ayat 2). "Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu (QS Al Balad ayat 12), dan lainnya.
Dari contoh dua ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT ingin menghentak kesadaran manusia mengenai suatu misteri yang mungkin tidak terkuak dengan sempurna oleh manusia. Hal ini menunjukkan sesuatu yang hebat dan sulit dijangkau oleh makhluk-Nya.
"Ini (Lailatur Qadar) suatu hal yang luar biasa," katanya.