'Pemupukan Berimbang Tingkatkan Produktivitas Pertanian'
Red: Fernan Rahadi
Petani memupuk tanaman padinya (ilustrasi) | Foto: Antara/Siswowidodo
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) melaksanakan Training of Fasilitator (TOF) dengan tema “Pemupukan Berimbang Tingkatkan Produktivitas dan Daya Saing Pertanian”. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut pelatihan BPP Kostratani proyek IPDMiP yang dilakukan serentak di tiga lokasi UPT di Ciawi, Bandung dan Batang Kaluku.
Pada kesempatan itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menerangkan, produktivitas akan terjaga sepanjang pemupukan dilakukan secara berimbang. Dengan begitu, daya saing sektor pertanian juga akan semakin meningkat.
“Saya yakin kalau saja petani kita konsisten menggunakan pupuk secara berimbang, maka produktivitas dan daya saing pertanian akan bisa dipertahankan. Produktivitas pertanian akan seiring dengan pemupukan berimbang. Keduanya saling bertalian erat,” kata Syahrul dalam siaran pers, Jumat (30/4).
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menerangkan, agar optimal, maka sebelum pemberian pupuk tanah harus dibenahi terlebih dulu. “Kalau tanah masam berikan kapur agar PH-nya netral. Kalau kadar bahan organiknya rendah, maka tanah perlu diberi pupuk organik dulu atau kompos. Pupuk hayati sangat penting agar keseimbangan tercapai juga,” kata Dedi, Kamis (29/4).
Menurut Dedi, unsur hara sudah ada di dalam tanah. Dengan begitu, kita hanya perlu menambahkan kekurangannya saja. Melengkapinya menurut Dedi dengan cara penambahan sejumlah pupuk ke dalam tanah agar tercipta kondisi kondusif dan tanaman memberikan penampilan yang baik, sehingga produksi menjadi tinggi. “Kondisi kondusif terjadi apabila jumlah hara seimbang. Maka, berikan pupuk secukupnya. Artinya tidak berlebih,” tutur Dedi.
Ia memaparkan betapa pentingnya keberimbangan pemberian pupuk. Sebab, kata Dedi, jika berlebih maka hal itu tak bagi tumbuh kembang tanaman. “Kalau berlebih tanaman tumbuhnya akan relatif empuk, sehingga menjadi kesukaan hama dan penyakit tanaman. Selain itu juga meningkatkan risiko hama penyakit. Contohnya jagung dan padi, kalau terlalu banyak pupuk akan mudah roboh,” papar dia.
Selain hal tersebut, pemberian pupuk berlebih bermakna terjadi pemborosan alias tak efisien. “Kalau berlebih, seperti halnya urea, karena sifatnya mudah larut, maka akan mudah menginfiltrasi dan mencemari lingkungan pertanian,” ujar Dedi.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Leli Nuryati menambahkan, kegiatan Training of Fasilitator (TOF) merupakan tindak lanjut dari Training of Trainer (TOT) yang sebelumnya diselenggarakan pada 22-25 April lalu. Rangkaian kegiatan ini menurut Leli sebagai bagian dari upaya BPPSDMP Kementan untuk meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan begitu, daya saing pertanian kita juga akan meningkat.
“Program ini bertujuan meningkatkan kompetensi penyuluh dalam teknologi pemupukan berimbang. Selain itu juga bertujuan mengimplementasikan pemupukan berimbang, memperkuat RDKK pupuk bersubsidi, memperkut koordinasi vertikal dan horizontal serta mengawal dan mendampingi pemupukan berimbang para petani,” tutur Leli dalam sambutannya.