Tak cuma itu, di kampung ini juga terdapat layanan kesehatan berupa klinik serta lembaga pendidikan seperti sekolah dasar dan madrasah. Semuanya digratiskan buat warga.
Selain dijual, hasil pertanian dan peternakan juga akan diolah untuk konsumsi warga.
Seperti yang kini dilakukan Cici bersama rekan-rekannya di dapur umum.
"Yang dimasak untuk sahur dan buka puasa ini kebanyakan berasal dari hasil pertanian kami sendiri. Kalaupun ada yang kurang, itu nanti akan kami beli dari luar kampung. Biayanya juga ditanggung Baitul Mal," kata Cici.
Cici merupakan satu di antara 1.100 jiwa, dari 260 kepala keluarga, yang kini memilih hidup di Kampung Matfa.
Bersama suaminya, Cici 'hijrah' ke tempat ini pada 2012 lalu.
Kala itu, ribuan warga dari berbagai daerah berbondong-bondong datang dan membangun perkampungan.
Latar belakang mereka beragam, mulai dari petani, guru, aparatur sipil negara, aparat hingga dokter gigi.
Mereka semua merupakan jemaah seorang ulama besar yang telah meninggal dunia, KH. Ali Mas'ud bin Abdullah atau Yang Mulia Tuan Guru.
Terdapat satu tujuan umum yang mendorong mereka mantap meninggalkan kehidupan lama dan memilih tinggal di kampung ini.
"Yang jelas tentu ingin menjalani hidup yang lebih baik. Mendalami ilmu agama dan menerapkan prinsip kasih dan sayang," kata Kholiqul Ritonga, suami Cici.
Setelah Tuan Guru meninggal pada 2011 lalu, jemaah memutuskan untuk mencari pemimpin baru.
Dialah Muhammad Imam Hanafi, putra dari Tuan Guru yang kini digelari Tuan Imam. Dirinya mewarisi kharisma serta ilmu sang ayah.
Jelang berbuka puasa tiba, warga berkumpul di Klinik Rumah Sehat, tempat layanan kesehatan yang baru siap dibangun.
Sembari berbuka puasa, mereka berdoa bersama untuk meresmikan klinik ini.
Di antara warga, Tuan Imam terlihat duduk bersila. Lelaki berambut sepundak ini sedang memberi tausiah tentang keutamaan berpuasa di Bulan Ramadan.
"Dalam Bulan Ramadan ini begitu banyak manfaatnya. Di antaranya yakni membakar semua dosa-dosa kita," kata Tuan Imam.
Tuan Imam memiliki prinsip tersendiri dalam memimpin warga. Baginya, hidup tidak hanya tentang membangun hubungan baik dengan Tuhan, melainkan juga hubungan sesama makhluk-Nya.
Tuan Imam juga menekankan pentingnya kebersamaan. Oleh karena itu, segala aspek kehidupan di kampung ini dilakukan secara bersama-sama.
"Hablumminallah, hablumminannas. Jadi bukan hanya kepada Allah, tapi juga dengan sesama manusia," ujar Tuan Imam.