REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy
Inter Milan memastikan meraih gelar scudetto yang ke-19. Usaha Inter menghentikan sembilan tahun dominasi Juventus bukan perkara sederhana dan instan. Interisti di seluruh dunia pasti mengingat perjalanan jatuh bangun Nerazzurri bangkit dari keterpurukan pasca-treble 2010.
Usai meraih gelar treble pada 2010, prestasi Inter di dalam dan luar lapangan terjun bebas. Selain terlempar dari papan atas, Inter terlilit persoalan finansial yang serius. Hingga akhirnya pada 2013, Inter Milan diambil alih Erick Thohir.
Erick punya tantangan yang sangat besar saat memimpin Inter. Dia pria Asia pertama yang memimpin klub besar Italia. Dengan kultur yang sangat tertutup pada investasi asing saat itu, Erick pun harus berhadapan dengan sistem sepak bola Italia yang dikuasai sosok powerfull macam Berlusconi dan keluarga Agnelli.
Silvio Berlusconi - (REUTERS/Alessandro Bianchi )
Demi misinya itu, Erick tak segan dalam melakukan revolusi. Perbaikan dilakukan dengan mengganti manajemen untuk memperbaiki kinerja bisnis tim. “Inter Milan harus kembali tampil konsisten di kompetisi papan atas Eropa dan mempunyai sistem manajemen yang tak kalah dengan klub papan atas dunia,” begitu pernyataan Erick pada awal kiprahnya memegang kendali Inter Milan.
Saat pertama kali diambil alih itu, kondisi Inter sedang dalam kondisi kurang baik di dalam dan luar lapangan. Inter hanya finis di posisi sembilan klasemen Seri A musim 2012/2013.
Tak hanya di lapangan, di luar lapangan pun Inter pada 2012/2013 mencatat penurunan performa yang signifikan. Jika merujuk statistik tahunan yang dikeluarkan oleh Brand Finance, nilai produk Inter pada 2012/2013 melorot tajam dari 215 juta dolar AS menjadi 151 juta dolar AS. Inter mengalami penurunan nilai produk hingga 30 persen.
Dengan segala keterpurukan itu, pemilik Inter saat itu Massimo Moratti memutuskan melego klub yang sudah dia kuasai selama 20 tahun. Moratti sadar Inter butuh nakhoda baru yang mampu memberi suntikan segar bagi manajemen tim. Sebab, Inter mesti segera berbenah total agar kompatibel dengan kebutuhan industri sepak bola modern.
Erick Thohir dan Massimo Moratti - (Daniele Mascolo/EPA)
Sejak 2013, usaha panjang mulai dilakukan Erick untuk membangkitkan Inter. Manajemen baru Inter sadar, usaha membangkitkan Nerazzurri tak akan berbuah instan. Butuh perbaikan jangka panjang untuk mengembalikan Inter ke 'khitahnya' sebagai salah satu klub terbesar di dunia.
Salah satu perubahan awal yang dilakukan manajemen baru Inter adalah dengan mengubah jajaran di balik layar. Inter merekrut sejumlah profesional papan atas, seperti Alessandro Antonello yang malang melintang dalam industri keuangan.
Antonello adalah eks petinggi di Puma Italia dan perusahaan ekuitas Amerika Serikat, Sun Capital Partners. Selain Antonello, Erick juga memboyong Tim Williams yang merupakan salah satu orang di balik kesuksesan bisnis Manchester United sebagai tim terkaya di dunia.
Selain sosok profesional, Erick pun memasukkan legenda Inter Javier Zanetti sebagai petinggi yang paham betul sejarah dan nilai di balik kostum biru-hitam.
Dengan tim baru yang profesional, Inter mulai memperbaiki sisi bisnis. Ekspansi mulai dijalankan Inter ke sejumlah negara, terutama China. Inter rutin tiap pramusim menggelar uji coba di China. Hasilnya popularitas Inter meningkat di Negeri Tirai Bambu
Buah dari popularitas itu terlihat ketika Erick sukses menggandeng raksasa bisnis Cina, Suning Group, sebagai mitra kepemilikan klub per 2016. “Kami memutuskan untuk menggandeng Suning untuk membuat klub semakin kuat,” kata Erick.
Dari sisi teknis di atas lapangan, Erick mampu berinvestasi cerdas dengan sejumlah pemain muda potensial. Ini seperti Milan Skriniar yang didatangkan dari Sampdoria, Alessandro Bastoni dari Atalanta, Stefan De Vrij yang datang gratis dari Lazio, Marcelo Brozovic dari Kroasia, maupun Lautaro Martinez dari Argentina.
Baca juga : Conte Sempat Ragu Ambil Pekerjaan di Inter Milan
Ketika dibeli Erick, deretan nama pemain itu masih belum terkenal. Harganya pun masih relatif murah. Kini, para pemain itu menjelma menjadi pemain kelas dunia dengan harga pasar yang sensasional. Lautaro bahkan kini memiliki harga pasaran di atas 100 juta euro.
Perbaikan Inter secara signifikan juga terjadi di sisi bisnis. Data Brand Finance pada 2018 melonjak tinggi dibanding 2013. Jika nilai ekonomis Inter Milan per 2012/2013 menurun 30 persen menjadi hanya 151 juta dolar AS, pada akhir kepemimpinan Erick Thohir nilai ekonomis Inter meroket hingga 475 juta dolar AS.
Data lembaga keuangan Deloite per Januari 2021 juga mencatat kenaikan signifikan Inter dari sisi ekonomis. Inter tercatat sebagai tim dengan pendapatan tertinggi kedua di Italia. Inter mencatat pendapatan komersial sebesar 291,5 juta euro.
Selain hitungan uang, tingkat popularitas Inter juga ikut terkerek. Jika pada 2013 lalu, Inter hanya punya followers kurang dari 0,7 juta di Twitter dan empat juta di Facebook, kini per 2021 pengikut Inter di Twitter sudah melonjak jadi 2,3 juta, 27 juta pengikut di Facebook, dan 6,6 juta di Instagram.