REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- 540 tahun lalu, dunia kehilangan salah satu Sultan Ottoman, Mehmed II. Dia mendapat gelar “sang penakluk” saat usianya baru menginjak 21 tahun atas penaklukan Istanbul.
Sama seperti tokoh sejarah lain, ada banyak kisah di balik kesuksesan Mehmed II. Semua bermula saat usianya baru 12 tahun.
Muak dengan keluhan politik dan kelelahan setelah kematian putra sulungnya, sang ayah, Murad II turun takhta pada 1444. Ia mendesak Mehmed II kecil menjadi pemimpin baru kekaisaran.
Namun, pemerintahan pertama Mehmed berlangsung hanya dua tahun. Murad II kembali memerintah menyusul ketegangan dan kekacauan di wilayah yang ditaklukkan, terutama di Eropa dan ancaman dari Tentara Salib.
Setelah menyerahkan takhta kepada ayahnya, Mehmed II kembali ke Manisa di wilayah Aegean. Di sana, ia menikah sambil belajar. Selain itu, ia juga memperoleh pengetahuan militer dengan bergabung bersama ayahnya di Pertempuran Kosovo tahun 1448.
Ketika ayahnya meninggal pada 1451, Mehmed II naik takhta sekali lagi dengan kondisi berbeda. Dia sudah mempersiapkan banyak hal dari pengalamannya.
Kala itu, ambisi Mehmed II hanya tertuju pada penaklukan Konstantinopel. Dia segera meluncurkan persiapan matang untuk pertempuran tersebut.