Rabu 05 May 2021 03:15 WIB

Air Mata Umar bin Khattab Saat Saudaranya Syahid di Yamamah

Umar bin Khattab merasa kehilangan atas wafatnya Zaid bin Khattab

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Umar bin Khattab merasa kehilangan atas wafatnya Zaid bin Khattab. Ilustrasi Umar bin Khattab (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Umar bin Khattab merasa kehilangan atas wafatnya Zaid bin Khattab. Ilustrasi Umar bin Khattab (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tahun kesebelas hijrah memang menjadi momen tersulit karena Rasulullah SAW di tahun tersebut wafat. 

Di tahun yang sama, kakak Umar bin Khattab, yakni Zaid bin Khattab juga wafat usai menjadi martir sebagaimana dipaparkan dalam kitab Bidayah Wa An-Nihayah, karya Ibnu Katsir.

Baca Juga

Pada tahun ke-11 hijrah, setelah wafatnya Rasulullah, bermunculan nabi-nabi palsu yang di antaranya adalah Rajjal bin Anwafah yang merupakan pengikut nabi palsu sebelumnya yaitu Musailamah Al Kadzdzab. 

Kemudian Zaid bin Khattab bertekad untuk menumpas mereka dalam peperangan. Saat itulah Zaid memegang bendera rayyah di tangannya sampai bendera itu terjatuh lalu diambil Salim, budak Abu Hudzaifah.

Dalam perang tersebut, Zaid berhasil membunuh Ibnu Anwafah. Sedangkan Zaid dibunuh oleh Abu Maryam Al Hanafi. Namun dalam riwayat berbeda, dari Abu Umar, disebutkan bahwa Zaid bin Khattab dibunuh Salamah bin Subaih yakni sepupu dari Abu Maryam. Abu Umar menganggap ini lebih kuat karena sebelumnya Umar bin Khattab telah meminta kepada Abu Maryam.

Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah menyebut geraham Ibnu Anwafah ada di dalam neraka yang sangat besar karena dia sebetulnya telah mengimani Islam lantas kemudian murtad dan berpaling kepada Musailamah.

Mendengar kakak kandungnya syahid, Umar bin Khattab merasa sedih karena bagaimana pun, Zaid bin Khattab justru lebih dulu masuk Islam ketimbang dirinya, dan sekarang lebih dulu syahid dari dirinya. "Dia telah mendahului aku dalam dua kebaikan," kata Umar. 

Umar bin Khattab kemudian menyampaikan sesuatu kepada Mutammim bin Nuwairah yang ketika itu juga tengah meratapi saudaranya melalui syair. "Seandainya aku pandai melantunkan syair, aku pasti mengatakan seperti apa yang engkau katakan," tutur Umar.

Lalu Mutammim berkata kepada Umar, "Jika saudara laki-lakiku pergi meninggalkanku sebagaimana apa yang engkau lakukan, aku tidak akan bersedih tentang dirinya." "Tidak ada yang menghiburku seperti engkau menghiburku," kata Umar.

 

Sumber: youm7  

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement