REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ramadhan tinggal menghitung hari. Setelah melewati bulan Ramadhan, mungkin ada sebagian Muslim yang tetap melakukan perbuatan maksiat. Lantas, bagaimana dengan puasa yang telah dijalani selama sebulan penuh itu? Diterimakah?
Anggota Pusat Fatwa Global Al Azhar Mesir, Syekh Abdul Qadir Al Thawil, menjelaskan tentang hal itu. Dia mengingatkan, Ramadhan adalah bulan yang di antara tujuannya adalah sebagai sarana memperbaiki diri agar di bulan-bulan berikutnya bisa menjadi pribadi yang lebih saleh.
"Maka kita harus menjalankan ibadah Ramadhan ini dengan berpikir, mengevaluasi diri, akan menjadi seperti apa kita setelah Ramadhan?," tutur dia seperti dilansir dari laman Masrawy. Dalam hadits qudsi riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
"Allah berfirman, 'Seluruh amal manusia adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang langsung akan membalasnya. Puasa itu adalah perisai.
Maka jika seorang dari kalian tengah berpuasa, janganlah dia berkata-kata kotor dan berlaku tidak terpuji. Dan jika ada seorang yang mencela atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah dia berkata kepada orang itu, 'Sesungguhnya saya tengah berpuasa'.
Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang tengah berpuasa adalah lebih baik di sisi Allah daripada bau minyak kesturi. Bagi seorang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang akan didapatkannya; kegembiraan tatkala berbuka puasa dan kegembiraan ketika berjumpa Allah dengan amalan puasa yang dibawanya.'" (HR Bukhari)
Karena itu, Al Thawil menyampaikan, setelah bulan suci Ramadhan, setiap Muslim hendaknya mengintrospeksi seperti apa dirinya sebelum bulan Ramadhan.
Hal ini agar tidak mengulangi berbagai perbuatan buruk pada bulan-bulan selanjutnya dan seterusnya. "Dia harus memperhatikan keadaannya saat itu sebelum Ramadhan, dan harus memiliki rasa takut jika ibadah puasanya tidak diterima," tuturnya.
Sumber: masrawy