REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON – Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta mengatakan negaranya menginginkan hubungan yang lebih dewasa dengan China. Dalam hal ini, dia mendambakan ada ruang untuk ketidaksepakatan terkait kedua negara, terutama tentang masalah hak asasi manusia (HAM).
“Penting bagi kami untuk memastikan bahwa kami menghormati, konsisten, dan dapat diprediksi dalam cara kami menyampaikan masalah yang kami sepakati, tetapi juga pada masalah yang tidak kami sepakati. Dan itu bagian dari hubungan kami yang semakin dewasa,” kata Mahuta dalam wawancara dengan Reuters pada Jumat (7/5).
Komentar Mahuta muncul setelah Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, perbedaan dengan China semakin sulit didamaikan. Pada saat bersamaan, parlemen negara tersebut dengan suara bulat menyatakan pelanggaran HAM sedang terjadi terhadap orang-orang Uighur di Xinjiang. Hal itu membuat Beijing gusar.
Selandia Baru memiliki hubungan perdagangan besar dengan China. Beijing pun telah lama menyebut hubungannya dengan Wellington sebagai model bagi relasi dengan negara-negara Barat.
Namun pemerintahan Ardern, yang kembali terpilih untuk masa jabatan kedua pada Oktober tahun lalu, telah melayangkan kritik kepada China terkait dugaan pelanggaran HAM etnis Uighur. Ardern pun mendukung partisipasi Taiwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mahuta dan Ardern mengatakan mereka fokus pada kebijakan luar negeri independen yang tak memihak blok besar mana pun. Posisi tersebut memang popular di dalam negeri Selandia Baru.