REPUBLIKA.CO.ID,GAZA – Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) mencatat agresi Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan kerusakan pada 190.115 bangunan. Sementara di Tepi Barat, ribuan orang terusir dari tanah mereka sendiri akibat penjajahan Israel.
Dalam laporan terkini, badan itu melaporkan jumlah bangunan yang rusak akibat agresi Israel terhadap Jalur Gaza sejak Oktober 2023 hingga September 2025 mencapai 190.115 bangunan, termasuk 102.067 bangunan yang hancur total. Angka itu dua kali lipat dari angka pada tahun pertama agresi Israel, sedangkan jumlah bangunan rusak sedang sebanyak 41.895 unit, dan jumlah unit rumah rusak sekitar 330.500 unit rumah.
Sejak 7 Oktober 2023, Jalur Gaza telah menghadapi agresi brutal dan genosida sistematis, yang menyebabkan lebih dari 2 juta orang mengungsi secara besar-besaran. Sementara perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari satu juta penduduk/pengungsi tinggal di tenda-tenda padat penduduk dan di sisa-sisa bangunan yang layak huni di bagian utara Gaza.
Citra Pusat Satelit PBB antara 4 dan 15 September 2025, menunjukkan bahwa ribuan tenda yang didirikan di lahan kosong di antara reruntuhan Kota Gaza, di sepanjang pantai, dan di daerah yang kurang urban di utara, telah hilang atau jumlahnya menurun drastis.
Namun, satelit Planet Labs PBC pada tanggal 15 September 2025, menunjukkan tenda-tenda kamp masih tersebar di sepanjang jalan pantai selatan pelabuhan Gaza, meskipun militer Israel mengatakan sekitar 400.000 warga Palestina telah mengungsi dari tempat mereka berdasarkan perintah wajib untuk pergi, namun lebih dari setengah juta diperkirakan masih berada di Gaza utara.
Kantor berita WAFA melaporkan, Biro Pusat Statistik Palestina menyajikan indikator-indikator utama mengenai kondisi perumahan di Palestina, menyoroti tantangan yang dihadapi warga Palestina di tengah agresi Israel selama dua tahun berturut-turut sejak 7 Oktober 2023.
Warga Palestina di Tepi Barat, termasuk Kegubernuran Yerusalem, juga semakin banyak mengalami pengungsian paksa Sejak Oktober 2023 hingga pertengahan tahun ini. Israel telah mengintensifkan pemindahan paksa dan penyitaan tanah di Tepi Barat dan Kegubernuran Yerusalem yang diduduki.
Di Masafer Yatta, sekitar 1.200 warga Palestina harus mengungsi setelah pemerintah Israel menolak semua izin mendirikan bangunan dengan dalih zona “pelatihan militer”, sementara para pemukim di sekitarnya tetap tidak terpengaruh. Menurut OCHA, setidaknya 6.463 warga Palestina telah mengungsi akibat pembongkaran, selain 40.000 lainnya dari kamp pengungsi di kota Jenin dan Tulkarem akibat operasi militer.
Selain itu, lebih dari 2.200 warga Palestina menghadapi pengungsian akibat kekerasan pemukim dan pembatasan akses. Dalam konteks yang sama, dan menurut Komisi Kolonisasi dan Perlawanan Tembok, data menyatakan bahwa selama paruh pertama tahun 2025, pendudukan Israel melakukan 380 operasi pembongkaran, dan 588 bangunan dihancurkan di Tepi Barat, termasuk 322 pemukiman penduduk, termasuk kota Yerusalem dengan 67 operasi pembongkaran, dan 79 bangunan dibongkar.
Tindakan-tindakan ini, yang merampas rumah dan tanah warga Palestina, merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia atas perumahan.