Senin 10 May 2021 05:58 WIB

Apa Wajah Ideologi Para Politisi Islam di Amerika Serikat?

Peneliti membaca wajah ideologi kanan para politisi Islam Amerika Serikat

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Peneliti membaca wajah ideologi kanan para politisi Islam Amerika Serikat. Bendera Amerika Serikat
Peneliti membaca wajah ideologi kanan para politisi Islam Amerika Serikat. Bendera Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Beberapa kandidat di berbagai negara bagian Amerika Serikat telah memulai kampanye mereka untuk DPR dan Senat dalam pemilihan paruh waktu tahun depan.

Politisi Islam "progresif" seperti Ilhan Omar dan Rashida Talib, yang mengadopsi dan menyebarkan narasi "Islamofobia dan rasisme" Amerika, tampaknya menginspirasi orang lain untuk menggunakan kartu korban untuk memenangkan suara. Dan mengapa tidak? Itu berhasil untuk mereka.

Rana Abdelhamid, seorang wanita muda Mesir Amerika yang mencalonkan diri untuk menggulingkan Carolyn Maloney, sesama Demokrat, di distrik kongres ke-12 New York, menggambarkan dirinya dalam video kampanyenya sebagai korban kebencian lain di Amerika Serikat.

"Saya berusia 16 tahun ketika seorang pria menarik hijab saya di siang hari bolong dan mencoba merobeknya dari kepala saya. Saya merasa tidak berdaya, dilecehkan, dan takut," katanya, dilansir di Arab News, Ahad (9/5).

Di Virginia, Islam progresif lainnya sedang mencoba untuk memenangkan masa jabatan lain sebagai delegasi negara. Ibraheem Samirah juga melihat dirinya sebagai korban. 

Dia mengatakan dalam video pemilihannya: “Ayah saya pergi ke Yordania untuk merawat ibunya yang sakit dan ditolak masuk kembali ke Amerika Serikat oleh Administrasi Bush. Keluarga saya dicabut dan dipindahkan untuk tetap bersama dan berjuang untuk pemulihan ayah saya."

Samirah tidak memberi tahu konstituennya siapa ayah dan panutannya, dan mengapa dia tidak diizinkan kembali ke Amerika Serikat pada 2003. Sabri Samirah adalah juru bicara partai Front Aksi Islam dan pada 2011 dia diperkenalkan Al Jazeera TV sebagai seorang anggota terkemuka Ikhwanul Muslimin di Yordania. 

Dia juga ketua Asosiasi Islam untuk Palestina, yang memberikan layanan propaganda dan penggalangan dana kepada Hamas, menurut catatan pengadilan Amerika Serikat.  

Ketika Ibrahim ingin memuji ayahnya, dia hanya mengatakan bahwa dia telah belajar darinya bagaimana mengorbankan hidupnya dengan benar untuk Palestina. Orang mungkin bertanya, mengapa seorang politisi Amerika Serikat mengorbankan hidupnya untuk negara asing?

Menurut Dalia Al-Aqidi adalah peneliti senior di Center for Security Policy, kaum Islamis mendapatkan momentum di Amerika Serikat karena tren baru yang ditetapkan  sayap kiri paling jauh, yang disebut "progresif," yang menargetkan inti Amerika Serikat dengan dalih membela hak asasi manusia, keadilan, dan kebebasan. 

Apakah semua imigran Muslim membenci Amerika Serikat?...

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement